Sentani (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura, Papua, mengimbau warga daerah itu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus cacar monyet atau Monkey Pox (Mpox).
Sekretaris Dinkes Kabupaten Jayapura Edward Sihotang di Sentani, Rabu, mengatakan virus cacar monyet memang saat ini menjadi atensi nasional, terlebih di Papua.
“Kami sampaikan bahwa Kabupaten Jayapura sampai dengan saat ini belum ditemukan kasus virus cacar monyet,” katanya.
Menurut Sihotang, masyarakat hanya perlu meningkatkan kewaspadaan atau antisipasi sejak dini mengenai virus cacar monyet tersebut.
“Kami dari dDinas Kesehatan mengharapkan supaya masyarakat tidak perlu khawatir atau panik, tetapi perlu antisipasi dengan menggunakan masker,” ujarnya.
Dia menjelaskan kasus virus cacar monyet pertama muncul pada 2022 dengan total kasus 88 hingga saat ini di Indonesia.
“Dengan total kasus paling dominan di Indonesia saat ini terjadi di Jakarta, meskipun jumlah relatif kecil, tetapi masyarakat Papua khususnya Kabupaten Jayapura perlu waspada,” katanya.
Dia menambahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menetapkan kasus virus cacar monyet di Indonesia adalah epidemiologi atau terjadi peningkatan kasus secara signifikan di daerah tertentu. yakni Jakarta dan beberapa provinsi, terhadap populasi tertentu.
“Cacar monyet disebabkan oleh virus yang merupakan penyakit zoonosis atau penyakit dari binatang kemudian ditularkan ke manusia,” ujarnya.
Mengapa badan kesehatan dunia atau WHO menetapkan kondisi darurat, kata Sihotang, karena jumlah kasusnya kecil tetapi tingkat kematiannya cukup tinggi.
“Kondisi inilah yang menyebabkan WHO menyebutnya sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) karena kasusnya sedikit tetapi angka kematiannya tinggi,” katanya.
Meskipun Kabupaten Jayapura tidak ada kasus, kata dia, tetapi edaran dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes meminta terus memantau kondisi terkini terkait Mpox.
“Kami diharapkan melakukan deteksi dan pencegahan dini ketika terdapat warga yang terjangkit virus cacar monyet,” katanya.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Jayapura Edward Sihotang di Sentani, Rabu, mengatakan virus cacar monyet memang saat ini menjadi atensi nasional, terlebih di Papua.
“Kami sampaikan bahwa Kabupaten Jayapura sampai dengan saat ini belum ditemukan kasus virus cacar monyet,” katanya.
Menurut Sihotang, masyarakat hanya perlu meningkatkan kewaspadaan atau antisipasi sejak dini mengenai virus cacar monyet tersebut.
“Kami dari dDinas Kesehatan mengharapkan supaya masyarakat tidak perlu khawatir atau panik, tetapi perlu antisipasi dengan menggunakan masker,” ujarnya.
Dia menjelaskan kasus virus cacar monyet pertama muncul pada 2022 dengan total kasus 88 hingga saat ini di Indonesia.
“Dengan total kasus paling dominan di Indonesia saat ini terjadi di Jakarta, meskipun jumlah relatif kecil, tetapi masyarakat Papua khususnya Kabupaten Jayapura perlu waspada,” katanya.
Dia menambahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menetapkan kasus virus cacar monyet di Indonesia adalah epidemiologi atau terjadi peningkatan kasus secara signifikan di daerah tertentu. yakni Jakarta dan beberapa provinsi, terhadap populasi tertentu.
“Cacar monyet disebabkan oleh virus yang merupakan penyakit zoonosis atau penyakit dari binatang kemudian ditularkan ke manusia,” ujarnya.
Mengapa badan kesehatan dunia atau WHO menetapkan kondisi darurat, kata Sihotang, karena jumlah kasusnya kecil tetapi tingkat kematiannya cukup tinggi.
“Kondisi inilah yang menyebabkan WHO menyebutnya sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) karena kasusnya sedikit tetapi angka kematiannya tinggi,” katanya.
Meskipun Kabupaten Jayapura tidak ada kasus, kata dia, tetapi edaran dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes meminta terus memantau kondisi terkini terkait Mpox.
“Kami diharapkan melakukan deteksi dan pencegahan dini ketika terdapat warga yang terjangkit virus cacar monyet,” katanya.