Jakarta (ANTARA) - Akupuntur terbukti menurunkan stres pasangan yang sedang ikut bayi tabung, ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus spesialis kebidanan & kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi & reproduksi, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, MPH, Sp.OG-KFER.
Budi mengatakan, dalam proses program bayi tabung setidaknya ada tiga tahapan yang berpotensi menimbulkan stres pada pasien yakni saat pengambilan sel telur, usai penanaman embrio dan selama menunggu hasil.
"Ini tiga titik di mana pasien sangat stres, termasuk dokternya, sehingga akupuntur sangat berperan," kata dokter yang berpraktik salah satunya di RS Pondok Indah IVF Centre itu dalam webinar bertajuk "Embrio Normal untuk Kehamilan Sehat", Kamis.
Professor Caroline Smith dari Western Sydney University melalui studi yang dipublikasikan dalam the Journal of the American Medical Association (JAMA) menuturkan hal serupa.
Dikutip dari ABC News, dia mengatakan akupuntur membantu meningkatkan relaksasi dan mengurangi stres perempuan yang menjalani terapi in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.
Titik akupunktur berada di perut, lengan dan kaki, dirancang untuk merangsang saraf ke rahim dan area di tubuh yang mengurangi respons stres. Tetapi, teknik ini tak berarti meningkatkan peluang seorang wanita hamil.
Akupuntur sebenarnya telah digunakan untuk menangani berbagai isu kesehatan, antara lain untuk mengatasi nyeri punggung dan pergelangan kaki, menurut para peneliti di Australia pada tahun 2017. Teknik ini juga mungkin bermanfaat untuk sakit kepala atau leher.
Sementara itu, National Institute for Health and Care Excellence (NICE) di Inggris merekomendasikan seseorang mempertimbangkan akupunktur sebagai pilihan pengobatan untuk sakit kepala kronis dan migrain.
Di sisi lain, program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan yang mengalami infertilitas atau gangguan kesuburan dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia.
Ada sejumlah kondisi yang memerlukan dilakukannya program ini yakni faktor sperma sedikit misalnya di bawah 5 juta per cc atau bahkan tidak ada sperma, adanya sumbatan kedua saluran telur, kista cokelat, gangguan pematangan telur hingga infertilitas yang tak bisa dijelaskan.
Dari sisi keberhasilan bayi tabung, setidaknya terdapat empat hal yang berperan yakni usia calon ibu, cadangan sel telur, kualitas sperma dan faktor penyebab infertilitas.
"Bila di bawah 35 tahun sekitar 60 persen, menurun drastis saat usia di atas 35 tahun menjadi 30 persen dan seterusnya, menurut data di Indonesia pada tahun 2018," demikian kata Budi.