Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR Komisi I DPR Romahurmuziy menduga bahwa ada kemungkinan pihak asing terlibat dalam kasus penyerangan oleh kelompok separatis di Papua sehingga pemerintah harus tetap waspada selama menangani kasus tersebut.

"Pemerintah harus menangani kejadian di Papua ini dengan sangat berhati-hati karena disinyalir ada unsur pihak asing yang `bermain` disana. Perlakuan terhadap Papua cenderung menjadi perhatian dunia internasional dengan adanya kejadian itu," kata Romahurmuziy ketika ditemui di Gedung Nusantara II MPR/DPR di Jakarta, Selasa.

Menurut anggota DPR dari Fraksi PPP itu, dalam setiap konflik bernuansa separatisme yang berlangsung lama, kekuatan kelompok separatis cenderung didukung pihak luar dan tidak mungkin berdiri sendiri.

"Karena bila mereka berdiri sendiri biasanya kekuatannya tidak cukup. Misalnya, OPM (Organisasi Papua Merdeka-red) atau kelompok lain yang terus-menerus melakukan aksi-aksi separatis itu menunjukkan bahwa ada kekuatan asing yang mensponsori kegiatan tersebut," katanya.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah meningkatkan upaya intelijen untuk memastikan pihak-pihak asing yang `bermain` dalam kasus penyerangan oleh kelompok separatis.

"Papua ini memang sedang dalam keadaan yang bergejolak maka ada pihak asing yang ingin `memancing di air keruh` karena disana memang tersimpan kekayaan alam yang luar biasa," ujarnya.

Selanjutnya, Romi (sapaan untuk Romahurmuziy) menyarankan pihak Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri untuk menangani kasus tersebut melalui proses hukum dan menghindari tindakan konfrontasi yang hanya akan menambah jumlah korban.

Dia menambahkan, pemerintah perlu membangun komunikasi dengan pihak-pihak terkait agar penyebab dan `akar permasalahan` dari kasus separatisme di Papua dapat dituntaskan.

Senada dengan Romi, anggota Komisi I dari Fraksi PDI-P Tjahjo Kumolo juga berpendapat bahwa ada kemungkinan `campur tangan` asing dalam kasus separatisme di Papua.

"Saya memang bukan pihak yang bisa menyampaikan hal ini, namun saya rasa ada gelagat keterlibatan asing dalam kasus Papua," kata Tjahjo.

Hal itu, menurut dia, terbukti dari senjata-senjata yang tergolong canggih yang digunakan dalam penyerangan oleh para tentara separatis.

"Senjata yang mereka gunakan seperti untuk kelompok `sniper` hingga bisa menyerang pasukan kopasus, berarti kan cukup canggih. Ini bisa menjadi indikasi adanya pihak luar yang menyokong," ujarnya.

Dia juga berpendapat bahwa BIN seharusnya sudah dapat mengantisipasi gelagat keterlibatan pihak asing itu.

"Karena tidak mungkin suatu kegiatan separatis yang terus-menerus dapat berjalan dalam jangka waktu lama dan dapat mencari celah kelemahan tentara kita tanpa didukung `amunisi` dari pihak luar,` kata Tjahjo.

Sebelumnya, kelompok separatis pada hari Kamis (21/2) menyerang sejumlah pos keamanan di Kabupaten Puncak Jaya mulai dari Kolose yang berjarak sekitar lima kilometer hingga Tingginambut, yang menyebabkan satu anggota TNI tewas, yakni Pratu Wahyu Wibowo dan seorang lainnya terluka, yakni Lettu Inf. Reza.

Sementara itu, korban yang tewas di Sinak, yakni Sertu Ramadhan, Sertu M. Udin, Sertu Frans Hera, Pratu Mustofa, Pratu Ebi Juliana, Praka Jojon Wihardjo, dan Praka Wemprit Tamahihu, serta empat warga sipil lainnya masing-masing Yohanis palimbong, Markus Cavin, Uly, dan Rudy, serta Yohanis Jhoni yang sedang dalam keadaan kritis.
(Y012)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024