Jayapura (Antara Papua) - Pengrajin rotan di Kota Jayapura, Papua membutuhkan perhatian dari pemerintah setempat untuk mengembangkan usahanya seperti dukungan modal usaha dan kemudahan regulasi aktivitas perdagangan.
"Kami butuhkan modal untuk mengembangkan usaha kerajinan rotan," kata Zainudin Yusuf, pengelola usaha kerajinan rotan, di Jalan Abepura-Kotaraja, Kota Jayapura, Papua, Jumat.
Ia mengatakan usaha kerajinan rotan yang dirintis oleh pamannya Hasan Yusuf, telah dijalankan sejak 2004, disertai berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi, mulai dari menyewa tempat untuk usaha hingga bagaimana memasarkan hasil kerajinan rotan.
"Suka duka dalam mengelola kerajinan rotan cukup banyak, tapi semua itu tetap dijalani karena memang disinilah tempat kami mencari nafkah," katanya.
Mengenai bahan baku rotan, kata Zainudin, didatangkan dari daerah sekitar Kota Jayapura atau bahan baku lokal dengan harga yang cukup terjangkau.
"Kalau bahan baku rotan kami datangkan dari Arso, Kabupaten Keerom dan Genyem, Kabupaten Jayapura, sisanya didapatkan di Jayapura," kata pengelola usaha kerajinan rotan yang juga mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Yapis Papua itu.
Untuk pemasaran kerajinan rotan, katanya, cukup sulit karena usaha tersebut bisa dikatakan usaha atau dagangan musiman.
"Kalau lagi banyak pemesannya, kami sampai kewalahan. Kerajinan rotan yang sudah jadi kursi, kree, parcel, meja dan lemari dipesan hingga di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan Timika, Kabupaten Mimika," katanya.
Kerajinan rotan di Kota Jayapura cukup bertumbuh pesat hanya saja sering terkendala modal dan kemudahan regulasi untuk perdagangan.
Hal ini juga seperti disampaikan oleh Karman Tayib (47), salah satu pemilik kerajinan rotan Papua di bilangan Entrop.
"Saya kira kemudahan lainya adalah bagaimana regulasi dan pendampingan yang diberikan oleh pemerintah kepada kami sebagai pengusaha kecil," katanya. (*)
"Kami butuhkan modal untuk mengembangkan usaha kerajinan rotan," kata Zainudin Yusuf, pengelola usaha kerajinan rotan, di Jalan Abepura-Kotaraja, Kota Jayapura, Papua, Jumat.
Ia mengatakan usaha kerajinan rotan yang dirintis oleh pamannya Hasan Yusuf, telah dijalankan sejak 2004, disertai berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi, mulai dari menyewa tempat untuk usaha hingga bagaimana memasarkan hasil kerajinan rotan.
"Suka duka dalam mengelola kerajinan rotan cukup banyak, tapi semua itu tetap dijalani karena memang disinilah tempat kami mencari nafkah," katanya.
Mengenai bahan baku rotan, kata Zainudin, didatangkan dari daerah sekitar Kota Jayapura atau bahan baku lokal dengan harga yang cukup terjangkau.
"Kalau bahan baku rotan kami datangkan dari Arso, Kabupaten Keerom dan Genyem, Kabupaten Jayapura, sisanya didapatkan di Jayapura," kata pengelola usaha kerajinan rotan yang juga mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Yapis Papua itu.
Untuk pemasaran kerajinan rotan, katanya, cukup sulit karena usaha tersebut bisa dikatakan usaha atau dagangan musiman.
"Kalau lagi banyak pemesannya, kami sampai kewalahan. Kerajinan rotan yang sudah jadi kursi, kree, parcel, meja dan lemari dipesan hingga di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan Timika, Kabupaten Mimika," katanya.
Kerajinan rotan di Kota Jayapura cukup bertumbuh pesat hanya saja sering terkendala modal dan kemudahan regulasi untuk perdagangan.
Hal ini juga seperti disampaikan oleh Karman Tayib (47), salah satu pemilik kerajinan rotan Papua di bilangan Entrop.
"Saya kira kemudahan lainya adalah bagaimana regulasi dan pendampingan yang diberikan oleh pemerintah kepada kami sebagai pengusaha kecil," katanya. (*)