Jayapura (Antara Papua) - Pernyataan menyudutkan atau menghina orang Papua oleh artis dangdut pendatang baru Cita Citata di salah satu stasiun TV swasta patut diselesaikan melalui ranah hukum.
"Tentunya hal itu harus dipertanggungjawab di depan hukum," kata Fien Yarangga dari Jaringan HAM Perempuan Papua, kepada media di Kota Jayapura, Minggu, menanggapi pernyataan pelantun "Sakitnya Tuh Disini dan Ayo Goyang Dumang" awal bulan ini.
Menurut Fien, klarifikasi dan permintaan maaf yang disampaikan oleh mantan suami Ijong itu di salah satu media TV beberapa hari belakangan ini tidak langsung menyelesaikan penghinaan yang terlanjur menyakiti hati orang Papua.
"Pernyataan Cita Citata sangat melecehkan martabat kaum perempuan Papua, dia harus bisa bertanggungjawab sebagai seorang publik figur," katanya.
Yarangga menyampaikan bahwa pihaknya bersama Forum Kerjasama (Foker) LSM Papua telah menyerahkan persoalan tersebut kepada penasihat hukum Yan Christian Werinussy untuk dikaji lebih dalam dan dalam waktu dekat akan menempuh jalur hukum.
"Harapannya persoalan Cita Citata ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa tidak sepatutnya mengeluarkan pernyataan yang bisa menyudutkan salah satu suku, etnik, budaya yang ada di Indonesia," kata Fien Yarangga.
Sementara itu, Betty Ibo aktivis buruh Papua secara tidak langsung telah menggambarkan bahwa pandangan orang pada umumnya terhadap orang Papua adalah diskriminasi.
"Kita lihat kembali sejarah dari dulu sampai saat ini, dititik dimana seorang artis mengeluarkan pernyataan yang menandakan pandangan kepada orang Papua bahwa `mindset-nya` rambut keriting, hitam, tidak bagus, dan bodoh," katanya.
"Itulah jika kita tarik kesimpulan yang dia (Cita Citata) sampaikan `Cantik sih memang cantik, tapi saya harus dirias dulu biar cantik, nggak seperti Papua," tambahnya.
Menurut Betty Ibo, persoalan Cita Citata menjadi teguran dan pembelajaran bagi semua pihak yang ada di tanah air.
"Jangan sekali-kali menggunakan kata-kata atau kalimat yang bisa berdampak pada diskriminasi atau menjelekkan suku tertentu di Indonesia," katanya.
Sedangkan Sekretaris Eksekutif Foker LSM Papua Lien Maloali mengatakan, Cita Citata tidak perlu ke Papua untuk meminta maaf tetapi cukup menggelar jumpa pers terbuka bersama Trans TV untuk menjelaskan secara baik maksud dari pernyataan yang menghina tersebut.
"Kami inginkan Cita Citata dan Trans Tv klarifikasi lewat konferensi pers dan meminta maaf terkait pemberitaan di Insert siang, yang memuat pernyataan menyudutkan orang Papua," kata Lien Maloali. (*)
"Tentunya hal itu harus dipertanggungjawab di depan hukum," kata Fien Yarangga dari Jaringan HAM Perempuan Papua, kepada media di Kota Jayapura, Minggu, menanggapi pernyataan pelantun "Sakitnya Tuh Disini dan Ayo Goyang Dumang" awal bulan ini.
Menurut Fien, klarifikasi dan permintaan maaf yang disampaikan oleh mantan suami Ijong itu di salah satu media TV beberapa hari belakangan ini tidak langsung menyelesaikan penghinaan yang terlanjur menyakiti hati orang Papua.
"Pernyataan Cita Citata sangat melecehkan martabat kaum perempuan Papua, dia harus bisa bertanggungjawab sebagai seorang publik figur," katanya.
Yarangga menyampaikan bahwa pihaknya bersama Forum Kerjasama (Foker) LSM Papua telah menyerahkan persoalan tersebut kepada penasihat hukum Yan Christian Werinussy untuk dikaji lebih dalam dan dalam waktu dekat akan menempuh jalur hukum.
"Harapannya persoalan Cita Citata ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa tidak sepatutnya mengeluarkan pernyataan yang bisa menyudutkan salah satu suku, etnik, budaya yang ada di Indonesia," kata Fien Yarangga.
Sementara itu, Betty Ibo aktivis buruh Papua secara tidak langsung telah menggambarkan bahwa pandangan orang pada umumnya terhadap orang Papua adalah diskriminasi.
"Kita lihat kembali sejarah dari dulu sampai saat ini, dititik dimana seorang artis mengeluarkan pernyataan yang menandakan pandangan kepada orang Papua bahwa `mindset-nya` rambut keriting, hitam, tidak bagus, dan bodoh," katanya.
"Itulah jika kita tarik kesimpulan yang dia (Cita Citata) sampaikan `Cantik sih memang cantik, tapi saya harus dirias dulu biar cantik, nggak seperti Papua," tambahnya.
Menurut Betty Ibo, persoalan Cita Citata menjadi teguran dan pembelajaran bagi semua pihak yang ada di tanah air.
"Jangan sekali-kali menggunakan kata-kata atau kalimat yang bisa berdampak pada diskriminasi atau menjelekkan suku tertentu di Indonesia," katanya.
Sedangkan Sekretaris Eksekutif Foker LSM Papua Lien Maloali mengatakan, Cita Citata tidak perlu ke Papua untuk meminta maaf tetapi cukup menggelar jumpa pers terbuka bersama Trans TV untuk menjelaskan secara baik maksud dari pernyataan yang menghina tersebut.
"Kami inginkan Cita Citata dan Trans Tv klarifikasi lewat konferensi pers dan meminta maaf terkait pemberitaan di Insert siang, yang memuat pernyataan menyudutkan orang Papua," kata Lien Maloali. (*)