Pria kelahiran 49 tahun silam terus berupaya mendorong anak didiknya agar mengukir banyak prestasi, baik di bidang akademik maupun olahraga dan bidang lainnya.

Berkat didikan lelaki bernama lengkap Arianto Kadir yang kini menjabat Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Kota Jayapura ini, dua orang siswanya mewakili Provinsi Papua guna mengikuti Olimpiade Sains Nasional di Jakarta, yang akan digelar Mei 2015.

Dua orang siswa SMA Negeri 1 (SMANSA) Kota Jayapura itu masing-masing Hapsa dari kelas ekonomi, dan Gita Nuha dari kelas biologi. Keduanya duduk di Kelas XI.

Keduanya berhak mewakili Provinsi Papua, setelah meraih kesuksesan pada Olimpiade Sains tingkat provinsi, beberapa waktu lalu.

"Nanti setelah UN selesai, baru kita kirim dua siswa peserta Olimpiade Sains Nasional 2015 itu ke Jakarta untuk beradaptasi dengan situasi sekaligus memantapkan materi yang akan dilombakan dalam olimpiade itu," ujar suami dari Masni, dosen Stikom Muhammadiyah Jayapura.

Bahkan, ayah dari Alfin, Fayat, Dea, dan Rafif ini, akan terus mendukung kedua siswa peserta Olimpiade Sains Nasional itu, agar mampu membawa pulang medali, sebagai persembahan menyambut yubelium ke-50 SMANSA.

Medali itu, kata alumni IKIP Negeri Manado jurusan pendidikan sejarah ini, dipandang penting karena nantinya membanggakan dunia pendidikan di Papua.

Alumni pascasarjana ilmu antropologi Universitas Cenderawasih (Uncen) ini juga bertekad menjadikan sekolah yang dipimpinnya sebagai sekolah yang patut dicontohi dan diteladani.

SMA Negeri 1 Kota Jayapura itu, merupakan sekolah yang telah melahirkan sejumlah pemimpin, seperti Benhur Tommy Mano yang kini menjabat Wali Kota Jayapura.

"Sekolah ini juga mengukir prestasi olahraga, seperti basket dan sepakbola, baik tingkat provinsi dan nasional. Bahkan, sempat berjaya di level internasional kalangan pelajar saat even itu digelar sekolah internasional di Sentani," ujarnya.

Kini, Arianto Kadir bertekad menghasilkan generasi emas Papua, dengan menerapkan kelas khusus sebagai wadah peningkatan kualitas anak-anak didik orang asli Papua.

Kelas khusus itu, menurut Kadir, bukan asal kelas khusus karena lebih berorientasi peningkatan SDM putra daerah Papua. Terdapat dua kelas X khusus masing-masing kelas sebanyak 35 orang, namun 80 persen merupakan putra asli Papua, dan sisanya kalangan pendatang.

"Berbeda dengan kelas khusus yang pernah ada di Papua. Bukan hanya tambahan jam belajar saja. Kalau siang hari belajar sesuai kurikulum sementara pada malam hari mereka belajar sesuai keilmuannya (Fisika, Kimia, dan lainnya)," ujar kandidat Doktor ilmu sosial yang tengah merampungkan disertasinya.

Tenaga pengajar kelas khusus itu, merupakan para dosen yang direkrut dari Universitas Cendrawasih (Uncen). Sebanyak 12 orang doktor dari Uncen telah terdaftar untuk memberikan mata pelajaran pada kelas khusus itu.

Teknis pembelajarannya, para siswa kelas khusus mengikuti pembelajaran pada siang hari hingga pukul 14.00 WIT. Setelah itu, mereka pulang dan beristirahat, dan pada pukul 18.30 WIT mereka dijemput dengan bus oleh pihak sekolah. Waktu belajar pada malam hari selama dua jam.

"Mereka juga diberi pelajaran tentang adat yang melibatkan pada ondoafi (tokoh adat), sehingga nantinya ketika menjadi pejabat atau orang penting dalam pemerintahan, mereka tetap mengedepankan adat istiadat," ujar mantan Kepala Sekolah SMA PGRI Jayapura ini.

Kini, SMA Negeri 1 Kota Jayapura memiliki 37 kelas, kelas X sebanyak 13 ruang, kelas XI sebanyak 12 ruang, dan kelas XII sebanyak 12 ruang. Rata-rata 50 siswa tiap kelas. Total siswanya sebanyak 1.831 orang, dan sebanyak 581 orang mengikuti Ujian Nasional (UN) 2015, terdiri dari 295 orang jurusan IPA, 244 orang jurusan IPS, dan 42 orang jurusan bahasa. Sebanyak 272 orang siswa dan 309 orang siswi. (*)


Pewarta : Penulis: Anwar Maga
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024