Jayapura (Antara Papua) - Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi Papua mencatat jumlah kasus penyakit menular ini di Kabupaten Nabire tertinggi se-wilayahnya.
Sekretaris KPA Provinsi Papua Constant Karma, di Jayapura, Senin, mengatakan Kabupaten Nabire menduduki peringkat tertinggi penyebaran kasus HIV/AIDS menggeser Kabupaten Merauke dan Timika.
"Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Nabire mencapai 4.162 kasus yang terdiri dari 2.042 kasus HIV dan 2.120 kasus AIDS, di mana 316 di antaranya dinyatakan meninggal dunia," katanya.
Menurut Constant, sekarang ada pergeseran, di mana dulu di Kabupaten Merauke yang tertinggi yaitu mencapai 1.642 kasus, namun infeksi baru sudah menurun jauh di wilayah tersebut.
"Tingginya penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Nabire ini dikarenakan banyak kasus-kasus dari tambang-tambang rakyat disana seperti di Topo, Degeuwo dan di Baya Biru," ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya berharap bahwa beberapa tahun ke depan program yang ada ditambah dengan sirkumsisi bisa menekan laju penularan, mungkin jika turun satu persen saja baru bisa istirahat.
"Sementara itu terkait prevalensi HIV/AIDS di Papua, pada 2006 ada Studi Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) yang mencatat sekitar 2,4 persen," katanya lagi.
Dia menambahkan dari angka tersebut artinya para ahli memprediksikan di Tanah Papua ada 24.000 lebih orang yang terinfeksi HIV/AIDS. (*)
Sekretaris KPA Provinsi Papua Constant Karma, di Jayapura, Senin, mengatakan Kabupaten Nabire menduduki peringkat tertinggi penyebaran kasus HIV/AIDS menggeser Kabupaten Merauke dan Timika.
"Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Nabire mencapai 4.162 kasus yang terdiri dari 2.042 kasus HIV dan 2.120 kasus AIDS, di mana 316 di antaranya dinyatakan meninggal dunia," katanya.
Menurut Constant, sekarang ada pergeseran, di mana dulu di Kabupaten Merauke yang tertinggi yaitu mencapai 1.642 kasus, namun infeksi baru sudah menurun jauh di wilayah tersebut.
"Tingginya penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Nabire ini dikarenakan banyak kasus-kasus dari tambang-tambang rakyat disana seperti di Topo, Degeuwo dan di Baya Biru," ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya berharap bahwa beberapa tahun ke depan program yang ada ditambah dengan sirkumsisi bisa menekan laju penularan, mungkin jika turun satu persen saja baru bisa istirahat.
"Sementara itu terkait prevalensi HIV/AIDS di Papua, pada 2006 ada Studi Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) yang mencatat sekitar 2,4 persen," katanya lagi.
Dia menambahkan dari angka tersebut artinya para ahli memprediksikan di Tanah Papua ada 24.000 lebih orang yang terinfeksi HIV/AIDS. (*)