Timika (Antara Papua) - Kepolisian Resor Mimika, Papua akan memperbaiki seluruh kerusakan rumah warga, kendaraan maupun pengobatan warga Kompleks Wowor, Kelurahan Kwamki saat terjadi bentrok antara warga dengan aparat pada Kamis (5/5).
"Kami sudah mendata rumah-rumah yang rusak dan akan segera diperbaiki semuanya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak RSUD dan RSMM Timika untuk menanggulangi biaya pengobatan warga yang dirawat akibat masalah di Wowor," kata Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mudjiharso.
Dari pendataan yang dilakukan Polres Mimika, rumah warga yang rusak di Kompleks Wowor sebanyak 15 rumah, sedangkan kendaraan yang rusak sebanyak 10 sepeda motor dan satu mobil.
Yustanto mengaku telah bertemu dengan Uskup Timika Mgr John Philip Saklil Pr pada Selasa (10/5) untuk membahas berbagai permasalahan keamanan yang terjadi di Kota Timika akhir-akhir ini.
Dalam pertemuan it,u Yustanto juga meminta maaf ke Uskup Timika terkait insiden Wowor.
"Saya minta maaf ke Bapak Uskup atas kejadian di Wowor. Kami sudah menjelaskan kronologis kejadiannya secara objektif. Kita tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Tapi situasi yang dihadapi anggota di lapangan saat itu memang kritis. Satu kelompok tidak percaya dengan kelompok yang lain sehingga terjadi keadaan chaos yang berujung ada korban terluka dan beberapa rumah warga rusak," kata Yustanto.
Uskup Timika Mgr John Saklil dalam pertemuan itu mengimbau semua pihak agar tunduk dan taat kepada upaya penegakkan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
"Beliau menyampaikan jika ada masalah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh warga maka proses hukum harus jalan. Jangan sangkut-pautkan masalah hukum dengan soal suku dan lainnya," kata Yustanto mengutip pesan Uskup Saklil.
Uskup Saklil juga meminta Pemkab Mimika lebih proaktif untuk menangani persoalan-persoalan sosial yang dihadapi warga. Dengan demikian, katanya, aparat keamanan baik Polri maupun TNI tidak terus menjadi "pemadam kebakaran" saat terjadi masalah sosial yang menimpa warga.
"Peran masing-masing fungsi itu yang harus ditingkatkan karena kita terus menghadapi konflik berkepanjangan yang datang silih berganti. Satu kasus belum selesai, muncul kembali kasus yang lain. Kondisinya begitu terus, sampai kapan kita terus menghadapi kondisi seperti itu," kata Kapolres Mimika.
Bentrok antara warga Kompleks Wowor dengan aparat kepolisian bermula dari tindakan sekelompok warga yang memblokade ruas jalan masuk ke Gang Wowor.
Polisi merespon kejadian itu dengan meminta warga untuk membuka blokade jalan.
Namun permintaan polisi tidak diindahkan warga dengan alasan untuk menjaga keselamatan mereka dari amuk massa terkait peristiwa pembunuhan seorang tukang ojek bernama Agus Jaya di Jalan Hasanuddin Irigasi Ujung Timika.
Dalam situasi tegang, beberapa orang melempar batu dan panah ke arah polisi.
Aparat lalu menyisir rumah-rumah warga Kompleks Wowor dan menangkap beberapa orang warga.
Dalam kejadian itu, seorang ibu rumah tangga bernama Ros Kubela terkena tembakan peluru pada kakinya. (*)
"Kami sudah mendata rumah-rumah yang rusak dan akan segera diperbaiki semuanya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak RSUD dan RSMM Timika untuk menanggulangi biaya pengobatan warga yang dirawat akibat masalah di Wowor," kata Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mudjiharso.
Dari pendataan yang dilakukan Polres Mimika, rumah warga yang rusak di Kompleks Wowor sebanyak 15 rumah, sedangkan kendaraan yang rusak sebanyak 10 sepeda motor dan satu mobil.
Yustanto mengaku telah bertemu dengan Uskup Timika Mgr John Philip Saklil Pr pada Selasa (10/5) untuk membahas berbagai permasalahan keamanan yang terjadi di Kota Timika akhir-akhir ini.
Dalam pertemuan it,u Yustanto juga meminta maaf ke Uskup Timika terkait insiden Wowor.
"Saya minta maaf ke Bapak Uskup atas kejadian di Wowor. Kami sudah menjelaskan kronologis kejadiannya secara objektif. Kita tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Tapi situasi yang dihadapi anggota di lapangan saat itu memang kritis. Satu kelompok tidak percaya dengan kelompok yang lain sehingga terjadi keadaan chaos yang berujung ada korban terluka dan beberapa rumah warga rusak," kata Yustanto.
Uskup Timika Mgr John Saklil dalam pertemuan itu mengimbau semua pihak agar tunduk dan taat kepada upaya penegakkan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
"Beliau menyampaikan jika ada masalah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh warga maka proses hukum harus jalan. Jangan sangkut-pautkan masalah hukum dengan soal suku dan lainnya," kata Yustanto mengutip pesan Uskup Saklil.
Uskup Saklil juga meminta Pemkab Mimika lebih proaktif untuk menangani persoalan-persoalan sosial yang dihadapi warga. Dengan demikian, katanya, aparat keamanan baik Polri maupun TNI tidak terus menjadi "pemadam kebakaran" saat terjadi masalah sosial yang menimpa warga.
"Peran masing-masing fungsi itu yang harus ditingkatkan karena kita terus menghadapi konflik berkepanjangan yang datang silih berganti. Satu kasus belum selesai, muncul kembali kasus yang lain. Kondisinya begitu terus, sampai kapan kita terus menghadapi kondisi seperti itu," kata Kapolres Mimika.
Bentrok antara warga Kompleks Wowor dengan aparat kepolisian bermula dari tindakan sekelompok warga yang memblokade ruas jalan masuk ke Gang Wowor.
Polisi merespon kejadian itu dengan meminta warga untuk membuka blokade jalan.
Namun permintaan polisi tidak diindahkan warga dengan alasan untuk menjaga keselamatan mereka dari amuk massa terkait peristiwa pembunuhan seorang tukang ojek bernama Agus Jaya di Jalan Hasanuddin Irigasi Ujung Timika.
Dalam situasi tegang, beberapa orang melempar batu dan panah ke arah polisi.
Aparat lalu menyisir rumah-rumah warga Kompleks Wowor dan menangkap beberapa orang warga.
Dalam kejadian itu, seorang ibu rumah tangga bernama Ros Kubela terkena tembakan peluru pada kakinya. (*)