Jayapura (Antara Papua) - Pemerintah Kota Jayapura, Provinsi Papua, tetap mempertahankan daerah produsen sayur di Distrik Muara Tami, dalam pengembangan infrastruktur di kawasan perbatasan RI dan Papua Nugini (PNG).

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura Nofdi Rampi di Jayapura, Jumat, mengatakan walaupun infrastruktur terus berkembang, Distrik Muara Tami yang dikenal sebagai penyuplai sayur-mayur terbesar di Ibu Kota Provinsi Papua akan tetap dipertahankan, meskipun letaknya berbatasan langsung dengan wilayah PNG.

Pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur seperti jalan, perumahan dan saluran irigasi di kawasan perbatasan itu, namun tidak mengesampingkan mata pencaharian masyarakat yang mayoritas adalah petani.

"Muara Tami boleh bertumbuh sebagai kota, tapi kita harus menyekat area-area pertanian itu sehingga tidak beralih fungsi," kata Nofdi.

Ia mengakui hasil pertanian seperti sayur, beras, buah-buahan dan ikan air tawar yang dikonsumsi 491.870 penduduk Kota Jayapura disuplai dari sana.

Tiga kampung penyuplai hasil pertanian terbesar, kata Nofdi, yakni Koya Barat, Timur dan Koya Tengah.

"Suka tidak suka kebutuhan pertanian itu datang dari Muara Tami. Kita tidak buat infrastruktur jalan dan jembatan justru membela persawahan," katanya.

Menurut Nofdi, pada 2016 Pemerintah Kota Jayapura fokus menyiapkan kebutuhan air bersih serta konsep penataan wajah NKRI di perbatasan, termasuk pengaspalan ruas jalan di Kampung Skow Sae, Skow Mabo dan Skow Yambe.

"Saya juga arahkan mereka untuk menata lanjutan Jembatan Moso ke arah kampung. Di sana lebar jalan lingkungan minimal enam meter," ujarnya. (*)

Pewarta : Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024