Meskipun sudah larut malam pada Jumat (5/5), namun tanjakan Weref menuju Argapura yang berada di Kota Jayapura justru bertambah ramai.

Tempat keramaian itu berada di sekitar kedai yang ditandai dengan dua tenda payung yang menaungi deretan meja dan kursi.

Kendaraan yang parkir di dekat kedai bervariasi jenisnya, mulai dari yang bermobil mewah hingga bersepeda motor

Terkadang para pembeli juga harus mengantre dan tak sedikit menikmati kuliner yang dibelinya di dalam kendaraannya karena keterbatasan kursi dan meja.

Di warung tenda itulah Mama Yuliana Clarce Soro, warga Kampung Kayu Pulau, Kota Jayapura berjualan kuliner khas Papua Nugini sejak setahun lalu.

Meskipun sudah sejak Agustus 2016 berjualan, namun baru sebulan ini kedai Mama Yuliana banyak dicari warga.

"Iya. Saya dan istri juga baru ketemu tempat jualannya, selama ini mencari tapi tidak pernah ketemu. Mungkin kurang promosi," kata Michael Wanggai, pembeli yang tengah duduk asik bersama istrinya sambil menikmati kuliner di kedai Mama Yuliana.

Menurut Michael, kabar beredarnya kuliner Papua Nugini yang dijual di Kota Jayapura sudah didengarnya sejak sebulan lalu, namun Jumat (5/5) malam baru ditemuinya.

Biasanya untuk menikmati kuliner Papua Nugini, masyarakat harus mengunjungi wilayah perbatasan dengan negara tetangga di Distrik Muaratami, Kota Jayapura.

Selain lokasinya yang jauh, menuju perbatasan di waktu malam juga bukan pilihan yang aman.

Tidak hanya itu, jika salah memilih hari untuk datang ke Muara Tami maka belum tentu mendapat kesempatan bisa menikmati kuliner ini sebab pasar hanya buka tiga hari dalam sepekan yakni Selasa, Kamis dan Sabtu.

Meskipun hari pasar hanya tiga kali dalam seminggu, namun wilayah perbatasan ini telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat di Kota Jayapura dan sekitarnya sehingga setiap hari selalu saja ada pengunjung.

Kedai Vanggasgu
Kedai sederhana milik Mama Yuliana yang diberi nama Vanggasgu kini tengah menjadi viral di kalangan masyarakat Papua. Mama Yuliana mengatakan kata "Vanggasgu" berarti gunung dalam bahasa setempat.

Vanggasgu juga bukan berasal dari bahasa di Papua Nugini kendati kedai itu menjual kuliner asal negara itu.

Dia menamai kedainya seperti itu, karena letaknya yang berhadapan dengan gunung.

Kuliner yang dijual Mama Yuliana memang sangat sederhana, namun bahan-bahan yang digunakan didatangkan langsung dari Papua Nugini.

Kedai Vanggasgu ini menjual daging domba, sosis, pisang dan minuman ringan dari Papua Nugini yang dimasak dan disajikan seperti di tempat asalnya. Makanan hanya dipanggang di atas alat pemanggang.

"Rasa daging dombanya enak, padahal hanya diberi garam dan lada saja. Sosis dan pisang juga disajikan tanpa dibumbui apa-apa, bisa dimakan dengan tambahan saus jika suka yang pedas," kata Michael.

Masyarakat dapat menikmati kuliner ini sejak pukul 17.00 hingga 02.00 dini hari Waktu Indonesia Timur (WIT).

Harga sepaket kuliner ini dijual Rp95-100 ribu terdiri dari sepotong daging domba, sebuah sosis, dua buah pisang dan sekaleng minuman ringan.

Dalam sedang ramai pengunjung, Mama Yuliana bisa membawa pulang keuntungan Rp2-3 juta.

"Biasanya satu kali belanja ke Vanimo saya menghabiskan modal sekitar Rp7 juta untuk bahan jualan selama dua minggu," kata Mama Yuliana.

Mama Yuliana bisa leluasa menyeberang ke negara tetangga yakni Vanimo, Papua Nugini untuk berbelanja karena memiliki buku pelintas batas.

Selain berjualan di tanjakan Weref-Argapura, Mama Yuliana beserta beberapa karyawan yang masih kerabat sendiri juga sering ikut dalam festival budaya atau pameran di wilayahnya.

Misalnya saja, Festival Teluk Humbolt pada Agustus 2016. Mama Yuliana bisa meraup keuntungan hingga Rp25 juta dalam tiga hari mengikuti kegiatan tersebut.

Banyak pembeli yang kini menjadi pelanggan Mama Yuliana dan akhirnya mulai membuat kedai Vanggasgu pun ini terkenal.

Mama Yuliana pun menyediakan jasa katering, bila mana ada pelanggan yang hendak memesan dalam jumlah banyak.

"Jika ada yang pesan di atas 10 paket, kami siap buat dan antarkan ke tempat pelanggan, hitung-hitung untuk melebarkan usaha ini," ujarnya.

Hasil kedai ini mampu membantu membantu penghasilan suaminya yang berbisnis jual beli aki sehingga bisa membiayai pendidikan anak-anaknya.

"Meskipun modal usaha ini saya pinjam dari bank, tapi puji Tuhan lancar angsurannya setiap bulan dan keuntungannya juga lumayan," ujarnya.

Selain itu, karena berjualan di lokasi yang masih milik keluarganya, dia juga tidak harus membayar uang sewa.

Kuliner Baru
Sepaket daging domba, sosis, pisang dan sekaleng minuman ringan khas Papua Nugini kini telah menjadi kuliner baru di tengah kalangan masyarakat ataupun wisatawan yang datang ke Kota Jayapura.

Selain cara penyajian yang tidak biasa yakni dimasak di atas pemanggang ketika pembeli memesan, cita rasa unik yang dihasilkan perpaduan daging domba, sosis, pisang ini juga tidak biasa.

"Pembeli bisa hanya memesan daging domba dan pisang, atau sosis dan pisang bahkan hanya daging domba dan pisang saja, tergantung selera," kata Mama Yuliana.

Bagi Henny Sawai, salah seorang pembeli, lemak daging domba yang ikut disajikan dalam kuliner Mama Yuliana ini beda dengan lemak daging biasanya.

"Lemak dagingnya manis dan tidak amis, daging dombanya juga gurih dan tidak keras, padahal cuma dipanggang dan ditambah irisan bawang bombay," ujar Henny.

Usaha kuliner yang digeluti Mama Yuliana ini menjadi tambahan nilai plus bagi Kota Jayapura, Papua ke depannya.

Wisatawan yang hendak mengunjungi Kota Jayapura tidak hanya akan membawa pulang kenang-kenangan dokumentasi pemandangan atau tempat wisata yang bagus, tetapi kuliner yang unik rasanya.

Bahkan untuk menikmati kuliner Papua Nugini, masyarakat Indonesia tidak harus pergi ke Papua Nugini, namun cukup datang ke Kota Jayapura. (*)

Pewarta : Oleh Hendrina Dian Kandipi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024