Jayapura (Antara Papua)- Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua, menutup ruang instalasi gawat darurat (UGD) pascakerusuhan yang ditimbulkan sanak keluarga Derta Murib (16), pasien yang meninggal di rumah sakit itu, pada Rabu (10/5) malam.

Berdasarkan pantauan lapangan, sejak Kamis pagi ruang IGD RSUD Abepura itu ditutup, yang diduga kuat terkait keributan antara keluarga pasien meninggal dengan petugas jaga IGD dan dokter, hingga mencuat kerusuhan itu.

Tampak tulisan yang diketik rapi "Mohon maaf IGD Abepura untuk sementara tidak dapat melakukan pelayanan, dikarenakan ada insiden pemukulan terhadap dokter, perawat, mahasiswa dan sopir mobil ambulans, hingga adanya jaminan keselamatan pada petugas saat memberikan pelayanan", pada kertas yang ditempelkan di depan pintu masuk IGD RSUD tersebut.

Penutupan pelayanan IGD itu mengakibatkan pasien yang membutuhkan layanan medis darurat, terpaksa mengunjungi rumah sakit lain.

Bahkan, sejumlah pasien IGD RSUD Abepura terpaksa dipulangkan, dan juga ada keraguan keluarga pasien atas aksi lanjutan yang mungkin saja dilakukan sanak keluarga pasien meninggal.

Sebagian pasien dirujuk secara terpaksa ke rumah sakit lain yang ada di Kota Jayapura.

"Sampai saat ini IGD masih tutup. Pelayanan belum buka dan pasien yg datang berobat diarahkan ke rumah sakit terdekat," kata Soleman, salah satu warga yang hendak datang dan berobat di IGD Abepura.

Informasi lain yang diperoleh, setelah pemakaman, keluarga pasien meninggal itu akan kembali ke rumah sakit milik pemerintah daerah itu untuk meminta pertanggungjawaban.

Direktur RSUD Abepura Niko Barend ketika dikonfirmasi via telepon mengaku belum bisa berkomentar karena masih memimpin rapat dengan pihak manajemen rumah sakit untuk mencarikan solusinya.

Sebelumnya, sanak keluarga dari Derta Murib, pasien yang meninggal dunia dalam perawatan medis di RSUD Abepura itu mengamuk karena beranggapan dokter dan para medis yang menanganinya tidak bekerja maksimal.

Sanak keluarga pasien berkumpul di depan IGD RSUD Abepura sejak pukul 19.45 WIT, hingga terjadi kerusuhan.

Sempat terjadi adu mulut antara keluarga pasien dengan petugas kesehatan terutama perawat jaga dan dokter IGD sehingga mencuat kerusuhan.

Massa dari keluarga pasien terus berdatangan memadati ruang IGD dan menuntut dokter dan perawat bertanggung jawab.

Ketegangan di rumah sakit pemerintah daerah itu sempat mencuat sejak pukul 21.00 WIT hingga pukul 23.30 WIT.

Juliana Murib, salah satu keluarga yang menjaga pasien ketika ditemui di RSUD Abepura mengatakan sebenarnya pasien bisa tertolong namun dokter dan perawat di rumah sakit itu tidak memasang oksigen.

"Tadi sekitar pukul 18.00 WIT pasien masih sadar, terus perawat suntik, kemudian pasien ke kamar mandi tetapi tiba-tiba langsung pusing, jatuh hingga pingsan. Akhirnya kami bawa ke bangsal dan minta pertolongan medis dan minta dokter serta perawat memasang oksigen," ujarnya.

Namun, kata Juliana, dokter dan perawat jaga di IGD tidak merespons permintaan sanak keluarga pasien yang mendesak dilakukan penggunaan oksigen.

"Tiba-tiba keluar darah dari hidung pasien, pasien masih sadar tetapi dokter menyuruh perawat mendorong pasien ke kamar mayat. Beberapa menit kemudian pasien meninggal, itu yang bikin kami keluarga marah dan mengamuk," ujarnya.

Pasien Derta Murib (16) dengan diagnosa malaria tropika 2 dan brokup pnemonia BP, masuk di IGD RSUD Abepura itu pada Selasa (9/10) pada pukul 21.15 WIT.

Saat itu kondisi pasien dalam keadaan sadar dengan kondisi tekanan darah 90/60, dan saat pergantian petugas jaga pagi ke sore tekanan darahnya 110/70 dan kondisi pasien relatif stabil.

Selanjutnya, pasien dipindahkan ke ruangan rawat inap RPP pada Rabu (10/5) pukul 17.20 WIT.

Namun, saat berada di ruang perawatan justru selang infus tidak berfungsi baik, dan perawat berupaya memperbaikinya.

Tiba-tiba pasien terkapar di atas tempat tidur, dan dilakukan pemeriksaan tekanan darah lagi dan hasilnya 100/70 atau masih teraba nadinya.

Beberapa saat kemudian, dilakukan tindakan peningkatan kesadaran menggunakan RJP, dan sekitar pukul 19.45 WIT pasien dinyatakan meninggal.

Hanya saja, sanak keluarganya tidak merima kenyataan tersebut sehingga mereka mengamuk. (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024