Timika (Antara Papua) - Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, memastikan kegiatan uji pendaratan pesawat di Bandara Anggoinggin Aroanop, Distrik Tembagapura, dilakukan pada akhir Juni 2017.

Kepala Dishubkominfo Mimika John Rettob di Timika, Senin, mengatakan jajarannya sudah menerima laporan dari PT Freeport Indonesia selaku pihak yang membangun Bandara Anggoinggin bahwa uji pendaratan di bandara tersebut akan dilakukan pada 29 Juni mendatang.

"Sebetulnya kami mengharapkan kegiatan itu bisa dipercepat, tapi Freeport memutuskan untuk dilakukan tanggal 29 Juni karena disesuaikan dengan jadwal pesawat yang sudah mengajukan penawaran ke mereka," katanya.

Kepala Bidang Perhubungan Udara Dishubkominfo Mimika Yan Purba mengatakan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop sudah selesai dilakukan oleh PT Freeport dan akan ditindaklanjuti dengan kegiatan uji pendaratan pesawat.

Pihak Freeport dan Dishubkominfo Mimika beberapa waktu lalu telah mengecek kesiapan bandara tersebut.

"Ada beberapa catatan yang kami berikan saat inspeksi terakhir ke Bandara Anggoinggin Aroanop. Kami minta beberapa opstekel harus ditebang agar tidak menghalangi pandangan pilot saat hendak mendarat atau terbang dari dan ke bandara itu," katanya.

Rencananya, uji pendaratan di Bandara Anggoinggin pada 29 Juni nanti akan dilakukan oleh pesawat jenis Pilatus Porter dari maskapai Susi Air.

Dishubkominfo Mimika juga mendapat laporan bahwa maskapai John Lin Air akan melakukan uji pendaratan di Bandara Anggoinggin dengan pesawat jenis Cessna Grand Caravan.

Manajer Community Relation pada Community Liaison Officer (CLO) PT Freeport Nathan Kum mengatakan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop sudah hampir rampung seluruhnya, baik landas pacu (runway), terminal tunggu penumpang, dan lainnya.

Bandara Ainggonggin Aroanop yang berada di dataran tinggi Kabupaten Mimika itu memiliki panjang landasan pacu 500 meter dan mampu didarati pesawat jenis Pilatus Porter dan Cessna Grand Caravan berpenumpang hingga 12 orang.

"Meskipun saat ini kondisi perusahaan menghadapi banyak masalah, namun perusahaan tetap berkomitmen penuh untuk menyelesaikan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop. Pembangunan bandara ini murni merupakan permintaan masyarakat untuk membuka isolasi wilayah Aroanop dan sekitarnya sehingga ada kemudahan akses ekonomi, begitupun dengan program pendidikan, kesehatan, dan kegiatan-kegiatan lainnya," katanya.

Bandara itu nantinya akan diserahkan oleh perusahaan kepada masyarakat Aroanop (pihak gereja) dan selanjutnya dari masyarakat akan diserahkan ke Pemkab Mimika untuk dikelola agar dapat dimanfaatkan untuk membantu memudahkan akses transportasi masyarakat di daerah yang terisolasi tersebut.

Selama puluhan tahun masyarakat dari sekitar Lembah Aroanop bergantung penuh kepada pelayanan dari pihak perusahaan. Akses satu-satunya yang bisa dinikmati oleh masyarakat Aroanop untuk bisa bepergian ke mana-mana hanya menggunakan helikopter yang disediakan oleh PT Freeport.

Ia menjelaskan pembangunan Bandara Anggoinggin membutuhkan waktu yang cukup lama dengan biaya yang mahal.

"Pekerjaan bandara ini butuh waktu tiga sampai empat tahun baru bisa selesai. Kami harus bongkar tanah sampai kedalaman empat meter lalu disusun material keras yang diambil dari sungai. Belum lagi pekerjaan sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Kalau hujan, semua pekerjaan terhenti total dan baru dilanjutkan kembali kalau sudah cuaca kering," kata Nathan.

Pekerjaan Bandara Anggoinggin Aroanop membutuhkan dana besar lantaran seluruh peralatan konstruksi, seperti eksavator, buldozer, dan material lainnya harus dimobilisasi dari Timika menggunakan helikopter.

"Biayanya sangat besar mencapai puluhan miliar. Saat pekerjaan sedang berlangsung, di tengah jalan kami harus mengubah arah runway sesuai rekomendasi pihak perhubungan," kata Nathan. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024