Jayapura (Antara Papua) - Komandan satuan tugas (Dansatgas) pengamanan perbatasan (Pamtas) Yonif 410/Alugoro Letkol Inf M Heri Amruloh mengunjungi Servo Tuwamis, salah satu tokoh adat di Kabupaten Keerom, Papua.

"Kunjungan di rumah Pak Servo Tuwamis merupakan salah satu komunikasi sosial atau kosmos dari kami Satgas Pamtas Yonif 410/Alugoro yang hampir dua bulan bertugas di Keerom, yang tak jauh dari perbatasan RI dan Papua New Guinea," kata Heri ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua.

Menurut dia, kegiatan komsos dengan berbagai pihak seperti kelompok organisasi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat sangat penting untuk dilaksanakan terlebih tokoh yang sangat berpengaruh di wilayah perbatasan guna mendukung kelancaran selama melaksanakan tugas sebagai garda di perbatasan RI-PNG.

"Pak Servo Tuwamis, merupakan salah satu tokoh adat yang sangat disegani, dihormati, dikagumi diteladani dan selalu diikuti masyarakat Kabupaten Keerom khususnya warga masyarakat yang ada di perbatasan," katanya.

Biasanya, kata dia, tugas tokoh adat ini membantu pemerintah setempat dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan berkaitan dengan masalah adat istiadat yang sering tidak bisa diselesaikan dengan jalur hukum dan peraturan-peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah yang berlaku pada umumnya.

"Hukum dan peraturan-peraturan pemerintah pada umumnya sering berbenturan dan bertolak belakang dengan masalah hukum adat sehingga tidak bisa diterapkan di wilayah ini, karena masyarakat lebih mengutamakan dan memilih hukum adat,"katanya.

Permasalahan yang sering ditangani oleh tokoh adat, diantaranya masalah tanah adat, membantu aparat penegak hukum dalam menyelesaikan berbagai tindak pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat.

"Pak Servo Tuwamis juga membantu pemerintah secara adat seperti dalam pemberantasan peredaran minuman keras dan penyalahgunaan narkoba khususnya ganja, sebab peredaran ganja di wilayah perbatasan ini sudah sangat mengkhawatirkan dan masyarakat dalam keadaan darurat narkoba," katanya.

Lebih ekstrim lagi di wilayah perbatasan diduga ada oknum petani yang menjadikan tanaman ganja sebagai mata pencaharian, karena dari bertani ganja pendapatannya sangat menjanjikan dengan meraup keuntungan yang sangat luar biasa.

"Tapi dengan menanam ganja dan mengedarkannya berarti telah menjerumuskan masa depan anak cucu ke jurang kemusnahan dan gampang dirongrong oleh kekuatan asing, sehingga dengan menyambangi atau mengunjungi para tokoh adat yang berpengaruh, diharapkan bisa menangkal hal ini dan bisa berikan pemahaman kepada masyarakat dan petani," katanya. (*)

Pewarta : Pewarta: Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024