Wamena (Antara Papua) - Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa baru yang dilaksanakan di SMA YPK Betlehem Wamena, Provinsi Papua, melibatkan aparat kepolisian setempat.
Kepala SMA YPK Betlehem Korintus Siep di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, mengatakan, keterlibatan anggota kepolisian adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang larangan dan dampak penggunaan narkoba.
"Hari ini kami hadirkan kepolisian untuk sosialisasi kepada siswa tentang bahaya narkoba," katanya.
Korintus mengatakan, Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) itu juga melibatkan petugas kesehatan untuk membekali siswa-siswi tentang pola hidup sehat. "Kemarin kami libatkan dari kesehatan," katanya.
PLS yang dilakukan selama tiga hari itu, kata dia, lebih banyak memberikan pembekalan kepada siswa tentang rasa nasionalisme dan penguatan kerohanian.
"Lebih banyak pembinaan kerohanian. Jadi dari pukul 7.30 sampai 08.30 WIT itu pembinaan kerohanian. Hal ini kami lakukan karena pada tahun-tahun sebelumnya itu lebih banyak kegiatan bersifat balas dendam yang dilakukan oleh kakak-kakak kelas," katanya.
Ia memastikan PLS tahun ini tidak melibatkan siswa-siswa kelas XII dan XIII guna menghindari adanya kekerasan di dalam lingkungan sekolah.
"Jumlah siswa baru yang mendaftar di sini 115 orang, tetapi yang mengikuti PLS sekitar 68 orang saja. Bagi yang tidak ikut PLS ini mereka tetap akan masuk, dan tetap kami terima mereka. Memang jumlah siswa baru tahun ini mengalami penurunan dibandignkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 500 sampai 600 orang," katanya. (*)
Kepala SMA YPK Betlehem Korintus Siep di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, mengatakan, keterlibatan anggota kepolisian adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang larangan dan dampak penggunaan narkoba.
"Hari ini kami hadirkan kepolisian untuk sosialisasi kepada siswa tentang bahaya narkoba," katanya.
Korintus mengatakan, Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) itu juga melibatkan petugas kesehatan untuk membekali siswa-siswi tentang pola hidup sehat. "Kemarin kami libatkan dari kesehatan," katanya.
PLS yang dilakukan selama tiga hari itu, kata dia, lebih banyak memberikan pembekalan kepada siswa tentang rasa nasionalisme dan penguatan kerohanian.
"Lebih banyak pembinaan kerohanian. Jadi dari pukul 7.30 sampai 08.30 WIT itu pembinaan kerohanian. Hal ini kami lakukan karena pada tahun-tahun sebelumnya itu lebih banyak kegiatan bersifat balas dendam yang dilakukan oleh kakak-kakak kelas," katanya.
Ia memastikan PLS tahun ini tidak melibatkan siswa-siswa kelas XII dan XIII guna menghindari adanya kekerasan di dalam lingkungan sekolah.
"Jumlah siswa baru yang mendaftar di sini 115 orang, tetapi yang mengikuti PLS sekitar 68 orang saja. Bagi yang tidak ikut PLS ini mereka tetap akan masuk, dan tetap kami terima mereka. Memang jumlah siswa baru tahun ini mengalami penurunan dibandignkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 500 sampai 600 orang," katanya. (*)