Timika (Antara Papua) - Aparat gabungan Polsek Tembagapura, Koramil Tembagapura dan Satuan Tugas Amole melakukan penertiban kebun-kebun liar masyarakat yang berada di dalam kawasan pertambangan PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua.

Kapolres Mimika AKBP Victor Dean Mackbon di Timika, Jumat, mengatakan penertiban kebun-kebun liar milik masyarakat sekitar Tembagapura dilakukan agar tidak mengganggu kepentingan perusahaan, sekaligus mencegah terjadi bencana longsor.

Pasalnya, lokasi dimana kebun-kebun ilegal itu dibuka berada di lereng gunung yang terjal dengan vegetasi hutan yang masih alami.

"Kalau terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan mengganggu, selain itu karena berada di lereng gunung yang terjal maka bisa membahayakan masyarakat yang beraktivitas di situ," kata Victor.

Dalam kegiatan penertiban itu, aparat juga sekaligus menertibkan pondok-pondok liar milik para pendulang tradisional yang membludak di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Kali Kabur atau Sungai Aijkwa/Otomona yang mengalirkan material tailing dari lokasi pabrik pengolahan PT Freeport di Mil 74 Tembagapura menuju dataran rendah Mimika.

Kapolres Mimika menegaskan penertiban para pendulang tradisional dan kebun-kebun liar di wilayah Tembagapura tersebut tidak terkait dengan isu terjadi transaksi perdagangan senjata api(senpi) dan amunisi kepada kelompok kriminal bersenjata.

"Tidak ada temuan senpi selama kegiatan penertiban itu. Sifatnya hanya hal-hal umum saja, agar tidak sampai mengganggu aktivitas perusahaan dan tidak membahayakan masyarakat sendiri," jelas Victor.

Hingga kini terdapat ribuan warga non karyawan atau biasa disebut pendulang tradisional yang mengais rezeki dengan mendulang butiran emas yang terbawa arus Sungai Aijkwa/Otomona mulai dari wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah Mimika.

Ribuan pendulang tradisional tersebut berasal dari berbagai suku baik suku-suku pegunungan Papua maupun non Papua.

Kehadiran ribuan pendulang tradisional di kawasan pertambangan PT Freeport itu sendiri memicu sejumlah masalah seperti terjadi konflik antarkelompok warga dan tidak sedikit pula pendulang yang meninggal karena terseret arus banjir. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Evarianus Supar
Copyright © ANTARA 2024