Jayapura (Antara Papua) - Dinas Kesehatan Provinsi Papua menggelar pemeriksaan penyakit hepatitis B bagi petugas kesehatan di tiga rumah sakit milik pemerintah provinsi tersebut.

"Pemeriksaan penyakit hepatitis ini kami lakukan dalam rangka memperingati hari hepatitis sedunia yang jatuh pada 28 Juli," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Provinsi Papua dr Aaron Rumainum di Jayapura, Jumat.

Menurut dia, Dinkes Papua melakukan pemeriksaan deteksi dini hepatitis B pada petugas kesehatan ditiga rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Papua dan juga Dinkes Papua.

Ketiga rumah sakit tersebut, kata dia, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, RSUD Abepura dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura.

Pemeriksaan difokuskan pada petugas kesehatan di rumah sakit karena biasanya petugas kesehatan di rumah sakit itu selalu berhubungan dengan rumah sakit sehingga dia ditakutkan tertular dari pasien yang ditangani.

"Jadi pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan yang menunjukkan dia reaktif atau tidak reaktif. Jika reaktif maka perlu pemeriksaan lanjutan," ujarnya.

Menurut dia, bukan berarti dia reaktif maka langsung divonis bahwa dia hepatitis B sehingga langsung ditakuti, tidak demikian tetapi ada pemeriksaan lanjutan.

"Kalau di RSUD Jayapura dari hasil sampel yang diperiksa hanya sekitar empat persen bukan berarti langsung divonis hepatitis B tidak demikian, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan," ujarnya.

 Dari hasil pemeriksaan sampel hepatitis yang dilakukan terhadap 220 petugas kesehatan di RSUD Abepura juga sekitar empat persen. Demikian juga dengan pemeriksaan sampel yang dilakukan di RSJ Abepura juga empat persen.

"Pemeriksaan hepatitis B yang dilakukan di RSUD Jayapura berlangsung pada 28-29 Juli 2017, sementara pemeriksaan hepatitis B di RSUD Abepura dilakukan pada 2 Agustus 2017 kemudian pemeriksaan hepatitis B di RSJ Abepura berlangsung pada 9 Agustus 2017," ujarnya.

Dia mengatakan pemeriksaan hepatitis juga sudah dilakukan di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom, dari hasil sampel yang diperiksa juga sekitar empat persen.

Lanjut dia, ada sekitar tiga pemeriksaan lanjutan yang membuktikan bahwa yang bersangkutan perlu minum obat atau tidak. Kadang kala penyakit ini bisa langsung sembuh dengan sendiri yang penting sudah dilakukan deteksi dini.

"Itu tindakan lanjut yang dilakukan setelah sebelumnya dilakukan sosialisasi deteksi dini hepatitis B ditiga Kabupaten yakni di Kabupaten Merauke, Timika dan Kabupaten Biak Numfor dan Minggu depan sosialisasi yang sama akan dilakukan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya" ujarnya.

Pemeriksaan ini, kata dia, juga merupakan tindaklanjut dari sosialisasi dan peningkatan kapasitas terkait penyakit hepatitis B bagi petugas kesehatan di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom yang dilakukan pada 2016 lalu.

"Setelah melakukan sosalisasi dan peningkatan kapasitas deteksi dini terhadap penyakit hepatitis B dan C juga dilakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan petugas kesehatan di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom," ujarnya.

Aaron menambahkan, penularan penyakit hepatitis B sama dengan HIV/AIDS yakni penularannya melalui darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu, ples air mata, keringat, air ludah, dan air kencing dan penyakit ini 100 kali lebih intensif daripada penyakit HIV/AIDS.

Gejala-gejala dari penyakit hepatitis B ini awalnya penderita letih, lesu, lemah, badan sakit-sakit pada malam hari dan selanjutnya mata menjadi kuning, lebih disebut penyakit kuning, kulit kuning, dan air kencing lebih kuning pekat, itu tanda yang lebih mudah untuk dicek. (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024