Timika (Antara Papua) - Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, memastikan pelayanan kesehatan di sejumlah kampung di wilayah Distrik Tembagapura kini lumpuh total pascaterjadinya serangkaian aksi teror penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dalam dua pekan terakhir.
Sekretaris Dinkes Mimika Raynold Ubra di Timika, Kamis, mengatakan petugas kesehatan Rumah Sakit Waa-Banti, Puskesmas Aroanop, Puskesmas Tsinga, Tim Satgas Mimika Sehat dan Tim Kesehatan Pelkesi yang dimotori oleh Biro Kesehatan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) telah dievakuasi ke Timika sejak akhir Oktober dan awal November ini.
"Terus terang pelayanan kesehatan di kampung-kampung itu sekarang benar-benar lumpuh total. Semua tenaga kesehatan sudah ditarik ke Timika. Yang masih bertahan terkecuali di Alama yaitu Satgas Mimika Sehat dan Puskesmas Alama karena situasi di sana aman," tutur Raynold.
Raynold tidak bisa membayangkan bagaimana situasi yang dihadapi oleh masyarakat di kampung-kampung tersebut saat ini tanpa adanya petugas kesehatan yang selalu bersama-sama dengan mereka.
"Ada sekian banyak masyarakat yang harus meminum rutin obat TB (Tuberculosis) dan obat ARV (Anti Retro Viral untuk pengobatan HIV) tidak tahu lagi kabarnya bagaimana. Yang jelas ini masalah kemanusiaan yang paling berat," kata Raynold.
Dinkes Mimika telah meminta tim Rumah Sakit Tembagapura untuk segera mengirim data nama-nama pasien yang membutuhkan penanganan khusus agar nantinya mereka mendapatkan pelayanan kesehatan jika sewaktu-waktu dievakuasi dari tempat tinggal mereka ke Timika.
"Ketika mereka dievakuasi ke Timika kami siap memberikan pelayanan sesuai riwayat sakit dan penyakit yang mereka alami selama ini. Namun jika tidak ada upaya evakuasi penduduk dari sana, maka akan sangat sulit bagi tim kesehatan untuk bisa melayani mereka sebab situasinya tidak memungkinkan," jelas Raynold.
Ia berharap semua pihak memiliki kepedulian terhadap nasib ribuan warga yang kini terjebak di kampung-kampung sekitar Tembagapura yang dalam kendali KKB tersebut.
"Apapun alasannya, konflik hanya akan mendatangkan kerugian bagi masyarakat, tidak hanya kesakitan tapi juga kematian," ujar Raynold.
Pemkab Mimika bersama aparat keamanan berencana mengevakuasi sekitar 1.300-an warga sipil yang kini terjebak di kampung-kampung sekitar Kota Tembapura.
Kampung-kampung sekitar Tembagapura seperti Utikini Lama, Kimbeli, Waa-Banti, Opitawak hingga Aroanop kini dalam kendali Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB yang melancarkan serangkaian teror penembakan kepada aparat keamanan maupun fasilitas milik PT Freeport Indonesia.
Namun upaya evakuasi ribuan warga sipil itu terkendala karena mereka dijadikan `sandera hidup` oleh KKB.
Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar yang sejak beberapa hari lalu bersama Pangdam XVII/Cenderawasih berada di Tembagapura mengakui ribuan warga sipil itu kini tersandera oleh KKB yang berjumlah sekitar seratusan orang.
"Warga sipil tidak diizinkan beraktivitas atau bepergian termasuk untuk membeli bahan makanan. KKB saat ini menjadikan warga sipil sebagai tameng dan sandera," kata Boy Rafli. (*)
Sekretaris Dinkes Mimika Raynold Ubra di Timika, Kamis, mengatakan petugas kesehatan Rumah Sakit Waa-Banti, Puskesmas Aroanop, Puskesmas Tsinga, Tim Satgas Mimika Sehat dan Tim Kesehatan Pelkesi yang dimotori oleh Biro Kesehatan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) telah dievakuasi ke Timika sejak akhir Oktober dan awal November ini.
"Terus terang pelayanan kesehatan di kampung-kampung itu sekarang benar-benar lumpuh total. Semua tenaga kesehatan sudah ditarik ke Timika. Yang masih bertahan terkecuali di Alama yaitu Satgas Mimika Sehat dan Puskesmas Alama karena situasi di sana aman," tutur Raynold.
Raynold tidak bisa membayangkan bagaimana situasi yang dihadapi oleh masyarakat di kampung-kampung tersebut saat ini tanpa adanya petugas kesehatan yang selalu bersama-sama dengan mereka.
"Ada sekian banyak masyarakat yang harus meminum rutin obat TB (Tuberculosis) dan obat ARV (Anti Retro Viral untuk pengobatan HIV) tidak tahu lagi kabarnya bagaimana. Yang jelas ini masalah kemanusiaan yang paling berat," kata Raynold.
Dinkes Mimika telah meminta tim Rumah Sakit Tembagapura untuk segera mengirim data nama-nama pasien yang membutuhkan penanganan khusus agar nantinya mereka mendapatkan pelayanan kesehatan jika sewaktu-waktu dievakuasi dari tempat tinggal mereka ke Timika.
"Ketika mereka dievakuasi ke Timika kami siap memberikan pelayanan sesuai riwayat sakit dan penyakit yang mereka alami selama ini. Namun jika tidak ada upaya evakuasi penduduk dari sana, maka akan sangat sulit bagi tim kesehatan untuk bisa melayani mereka sebab situasinya tidak memungkinkan," jelas Raynold.
Ia berharap semua pihak memiliki kepedulian terhadap nasib ribuan warga yang kini terjebak di kampung-kampung sekitar Tembagapura yang dalam kendali KKB tersebut.
"Apapun alasannya, konflik hanya akan mendatangkan kerugian bagi masyarakat, tidak hanya kesakitan tapi juga kematian," ujar Raynold.
Pemkab Mimika bersama aparat keamanan berencana mengevakuasi sekitar 1.300-an warga sipil yang kini terjebak di kampung-kampung sekitar Kota Tembapura.
Kampung-kampung sekitar Tembagapura seperti Utikini Lama, Kimbeli, Waa-Banti, Opitawak hingga Aroanop kini dalam kendali Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB yang melancarkan serangkaian teror penembakan kepada aparat keamanan maupun fasilitas milik PT Freeport Indonesia.
Namun upaya evakuasi ribuan warga sipil itu terkendala karena mereka dijadikan `sandera hidup` oleh KKB.
Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar yang sejak beberapa hari lalu bersama Pangdam XVII/Cenderawasih berada di Tembagapura mengakui ribuan warga sipil itu kini tersandera oleh KKB yang berjumlah sekitar seratusan orang.
"Warga sipil tidak diizinkan beraktivitas atau bepergian termasuk untuk membeli bahan makanan. KKB saat ini menjadikan warga sipil sebagai tameng dan sandera," kata Boy Rafli. (*)