Jayapura (Antara Papua) - Masyarakat mengakui program bahan bakar minyak (BBM) satu harga berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.

Masyarakat setempat mengaku, sejak harga BBM turun dari Rp50 ribu per liter menjadi Rp6.450 per liter setahun lalu, taraf hidup dan perekonomian juga bergerak naik.

"Pengeluaran bisa ditekan, kesejahteraan tentu saja meningkat," kata Murni Wagai, seorang warga Ilaga, ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Rabu.

Murni mengatakan harga sayur-mayur sudah jauh lebih murah. Dengan uang Rp50 ribu, saat ini dirinya bisa membeli enam ikat sayur. Padahal, ketika harga BBM masih maha, dengan jumlah uang yang sama, dia hanya bisa membeli satu ikat sayur.

Seragamnya harga BBM, kata dia, secara tidak langsung memang membuat harga barang-barang kebutuhan menjadi murah. Sayur misalnya, selama ini harus diangkut dengan ojek dari daerah perbukitan menuju Pasar Ilaga.

Dengan turunnya harga BBM, kata dia, ongkos ojek juga menjadi lebih murah, sehingga harga sayur pun turun drastis.

"Harga sayur kini turun karena ongkos ojek sudah tidak mahal," ujarnya.

BBM satu harga di Ilaga, yang diresmikan 17 Agustus 2016 memang berdampak baik bagi masyarakat. Karena melalui program tersebut, tingginya biaya pengangkutan BBM menjadi tanggungan PT Pertamina.

Pertamina menjual premium Rp6.450 per liter dan solar Rp5.150 per liter. Harga ini jauh lebih murah, karena sebelumnya bisa mencapai Rp50 ribu per liter.

Tingginya biaya pengangkutan ke Ilaga bisa dipahami. Pasalnya, untuk menuju daerah yang berada pada ketinggian 7.500 kaki itu, BBM harus diangkut dengan pesawat Air Tractor, dengan kapasitas 4 KL per sekali angkut.

Miati Ridwan, warga Ilaga lainnya juga mengakui dampak positif BBM satu harga. Menurutnya, program tersebut juga berimbas baik terhadap pendidikan anak-anak.

Turunnya harga BBM akan mengurangi pula biaya BBM yang dibutuhkan untuk menggerakkan genset di malam hari yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak untuk belajar, katanya.

"Ilaga belum dialiri listrik. Semua rumah mempergunakan genset untuk penerangan. Dulu, anak-anak tidak bisa belajar setiap malam, karena kami harus mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk bisa membeli BBM. Tetapi sekarang, anak-anak bisa belajar setiap hari. Semoga mereka bisa makin pintar," ujar Miati.

Sekretaris Daerah Kabupaten Ilaga Abraham Bisay mengatakan masyarakat semakin merasakan dampak positif program tersebut. Hal ini antara lain terlihat, dari semakin meningkatnya kebutuhan BBM di masyarakat.

Peningkatan permintaan BBM tersebut, pada akhirnya memang menunjukkan bahwa roda perekonomian juga semakin menggeliat di Ilaga.

Dia menambahkan, adanya penambahan pasokan BBM untuk wilayah tersebut.

"Kebutuhan kami sudah cukup tinggi. Setidaknya penambahan pasokan untuk menghindari penjualan BBM di kios sebesar Rp50 ribu per liter dan menghindari penimbunan BBM pada bulan Desember nanti," ujarnya.
(*)

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024