Jayapura (Antara Papua) - Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M Soemarno mengagendakan pemantauan pembangunan ekonomi terutama dari aspek pemerataan dan meninjau program keadilan sosial penyetaraan harga kebutuhan pokok di kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T) di Provinsi Papua.

Berdasarkan jadwal kunjungan Menteri BUMN yang diterima Antara dari Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Minggu, Menteri Rini akan berkunjung ke tiga kabupaten yakni Puncak Jaya, Jayawijaya dan Kabupaten Pegunungan Bintang.

"Rencana pada 20 November, Menteri BUMN akan berdialog dengan dua kelompok peserta pelatihan budi daya dan pasca panen kopi dari sentra Distrik Yagara dan Distrik Wolo serta meninjau program penyetaraan harga Semen dan sekaligus berdialog dengan masyarakat," ujar Kepala Humas Pemkab Jayawijaya Meitty W Nahuway.

Namun, kata Meitty, masih ada kemungkinan perubahan jadwal kunjuungan Menteri BUMN, karena masih akan ada rapat koordinasi hari ini.

Rini dijadwalkan meninjau kebun kopi serta menyerahkan alat pengupas dan pengering buah kopi Arabika untuk petani kopi di Jayawijaya.

Namun, sebelum menuju Kabupaten Jayawijaya di hari yang sama, kata Meitty, Menteri dijadwalkan berkunjung ke Oksibil, Ibu Kota Kabupaten Pegunungan Bintang untuk meninjau agen premium dan minyak solar (APMS) serta melakukan sidak lapangan BBM satu harga.

Rini juga direncanakan bersama masyarakat Kabupaten Puncak Jaya mendeklarasikan "banggamenyeduhkopipapua" serta menyerahkan bantuan, meninjau penurunan harga tiga bahan pokok oleh PPI dan meninjau penyetaraan harga semen oleh Semen Indonesia.

Sebelum kembali ke Kabupaten Jayapura pada Selasa (21/11), Menteri akan meninjau kemanfaatan `branchless-banking` oleh Bank Mandiri di Kabupaten Puncak Jaya pada sekitar pukul 11.30 waktu setempat.

Pada Agustus lalu, menteri dalam kunjungan kerja ke Jayawijaya, mengajak petani lokal untuk meningkatkan jumlah produksi kopi Arabika agar pendapatan mereka juga bisa lebih baik dari sebelumnya.

Dari hasil diskusi bersama petani kopi saat itu, Rini mengatakan kendala yang menghambat petani kopi adalah karena rendahnya pemasaran.

"Salah satu permasalahannya biaya angkut ke kota itu mahal. Nah ini sedang kita carikan jalan supaya masyarakat Jayawijaya bisa mendapat keuntungan yang lebih baik," kata Meitty. (*)

Pewarta : Marius Frisson Yewun
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024