Jayapura (Antaranews Papua) - Manajemen PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VIII Maluku-Papua menyatakan ada peluang ekspor bahan bakar minyak (BBM) khusus ke Papua Nugini (PNG) karena pembicaraan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan PNG mulai memasuki tahap akhir.
General Manager Pertamina MOR VIII, Tengku Fernanda, di Jayapura, Kamis, menjelaskan kini Pertamina diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, namun dengan akan terjalinnya kerja sama dagang antarkedua negara, maka pengembangan pasar BBM bisa saja dilakukan.
Ia mengakui Pertamina pernah punya rencana tersebut, tetapi untuk merealisasikannya ada dua hal yang perlu dikaji.
"Pertama dari sisi keekonomiannya, kita akan suplai dari mana, kalau ke PNG paling dekat dari TBBM Jayapura, sementara Jayapura disuplai dari TBBM Wayame dan Wayame disuplai dari Kilang Balikpapan, jadi jalannya jauh," ujarnya.
"Nah nanti apakah harga keekonomiannya masih bersaing bila dibandingkan PNG impor dari Australia atau negara lainnya," sambung dia.
Selain itu, dari sisi regulasi yang hingga kini belum memungkinkan untuk Pertamina melakukan ekspor BBM dan hal tersebut terkait dengan volume produksi kilang minyak yang dikelola Pertamina.
"Kecuali pada suatu saat produksi kilang kita berlebih mungkin kita bisa mintakan izinnya ke Kementerian Perdagangan," katanya.
Fanda melihat hal yang paling mudah dilakukan adalah membangun sebuah lembaga penyalur di kawasan perbatasan Skouw-Wutung, namun khusus untuk memasarkan BBM non subsidi. (*)
General Manager Pertamina MOR VIII, Tengku Fernanda, di Jayapura, Kamis, menjelaskan kini Pertamina diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, namun dengan akan terjalinnya kerja sama dagang antarkedua negara, maka pengembangan pasar BBM bisa saja dilakukan.
Ia mengakui Pertamina pernah punya rencana tersebut, tetapi untuk merealisasikannya ada dua hal yang perlu dikaji.
"Pertama dari sisi keekonomiannya, kita akan suplai dari mana, kalau ke PNG paling dekat dari TBBM Jayapura, sementara Jayapura disuplai dari TBBM Wayame dan Wayame disuplai dari Kilang Balikpapan, jadi jalannya jauh," ujarnya.
"Nah nanti apakah harga keekonomiannya masih bersaing bila dibandingkan PNG impor dari Australia atau negara lainnya," sambung dia.
Selain itu, dari sisi regulasi yang hingga kini belum memungkinkan untuk Pertamina melakukan ekspor BBM dan hal tersebut terkait dengan volume produksi kilang minyak yang dikelola Pertamina.
"Kecuali pada suatu saat produksi kilang kita berlebih mungkin kita bisa mintakan izinnya ke Kementerian Perdagangan," katanya.
Fanda melihat hal yang paling mudah dilakukan adalah membangun sebuah lembaga penyalur di kawasan perbatasan Skouw-Wutung, namun khusus untuk memasarkan BBM non subsidi. (*)