Timika (Antaranews Papua) - Tokoh masyarakat Suku Amungme Yosep Yopi Kilangin menyatakan prihatin dengan maraknya kasus pembunuhan yang terjadi di Timika, Papua, akhir-akhir ini.

Ditemui di Timika, Rabu, Yopi Kilangin mengatakan konflik sosial yang terjadi di Kwamki Lama yang memicu terus berlanjutnya kasus pembunuhan di Timika seharusnya bisa diatasi jika semua pihak benar-benar memiliki niat untuk menghentikan hal itu.

"Konflik yang sekarang sedang terjadi di Timika seperti tidak ada niat yang sungguh-sungguh untuk menghentikannya. Tidak hanya di Kwamki Lama, di tengah Kota Timika terkesan sangat gampang sekali orang saling membantai dan membunuh," kata Yopi.

Dengan kondisi seperti itu, katanya, warga asli Papua kini hidup dalam kondisi ketakutan karena bisa sewaktu-waktu keamanan dan keselamatan mereka terancam.

"Sekarang orang betul-betul tinggal dalam kondisi ketakutan. Jadi, rasa damai dan aman itu sudah tidak ada sama sekali," kata mantan Ketua DPRD Mimika periode 2004-2009 itu.

Yopi berharap kedatangan Presiden Joko Widodo bersama rombongan ke Papua, termasuk menyinggahi Timika pada Kamis (12/4), juga dapat memberikan perhatian serius terhadap berbagai persoalan yang dihadapi warga di wilayah itu.

"Meskipun Presiden hanya singgah sebentar di Timika, tolong bisa memberi perhatian sedikit terhadap masalah-masalah sosial yang kami hadapi di Timika. Sebab masyarakat Papua betul-betul mendambakan suatu kenyamanan dan kedamaian, tanpa rasa takut terhadap ancaman keselamatan hidup mereka," ujar Yopi.

Ia menilai kehadiran banyak aparat keamanan di Timika baik TNI maupun Polri, termasuk Pemerintah Daerah, hingga kini tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kenyamanan hidup warga setempat.

Masing-masing individu atau kelompok, katanya, terkesan mencari jalan sendiri-sendiri untuk menciptakan rasa aman.

Yopi berharap pemimpin di tingkat bawah, entah itu pejabat sipil maupun militer benar-benar menegakkan aturan demi terciptanya situasi daerah yang aman dan kondusif, tanpa konflik.

"Kami orang Papua benar-benar menaruh hormat setinggi-tingginya kepada Bapak Presiden Jokowi. Beliau terus memberikan perhatian khusus kepada masyarakat asli di daerahnya masing-masing. Yang menjadi soal adalah pejabat pelaksana kebijakan itu di tingkat bawah karena menterjemahkan aturan itu sesuka hati mereka bahkan membuat aturan untuk mengakomodasi kepentingan mereka sendiri," ujar Yopi.

Konflik antartiga kelompok warga di Kwamki Lama yang terjadi sejak November 2017 hingga kini belum juga mereda dan telah merenggut nyawa belasan orang.

Pada Selasa (10/4) petang, seorang wanita bernama Ruba Kiwak, ditemukan meninggal dunia dengan sejumlah luka panah dan sabetan senjata tajam di pagar pembatas Kwamki Lama dengan Hotel Rimba Papua Timika.

Korban yang beralamat di Jalan Mambruk 2 Kampung Mekurima, Kwamki Lama itu ditengarai dibunuh oleh massa kelompok bawah.

Sebelumnya, massa kelompok bawah pimpinan Aser Murib terlibat saling serang dengan busur panah dengan massa kelompok tengah pimpinan Atimus Komangal. Namun aksi saling serang antarwarga itu dibubarkan oleh anggota Polsubsektor Kwamki Lama bersama personel Brimob BKO dari Polda DIY.

Jenazah Ruba Kiwak tersebut telah dikremasi secara adat oleh kerabatnya di kelompok tengah Kwamki Lama pada Selasa (10/4) malam.

Korban diketahui merupakan isteri dari Mimus Talenggeng dan memiliki dua orang anak.

Beberapa hari sebelumnya, warga Timika juga dihebohkan dengan penemuan dua jenazah kakak beradik Pinimet bersaudara di jalan poros Pelabuhan Paumako-Kampung Pigapu Logpon. (*)

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024