Jakarta (Antaranews Papua) - PT Freeport Indonesia (PTFI) melibatkan suku Kamoro Mimika Papua dalam membudidayakan kepiting jenis bakau atau "karaka" dan menjaga kelestarian alam guna meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.

"Salah satu program pemberdayaan yang dikelola PT Freeport Indonesia melibatkan suku Kamoro yang bermukim di pesisir pantai Kabupaten Mimika," kata Executive Vice President Sustainable Development PT Freeport Indonesia Sonny Prasetyo di Jakarta Rabu.

Sonny mengatakan Kabupaten Mimika Papua memiliki potensi sumber daya alam dan perekonomian besar yang dapat dimanfaatkan masyarakat setempat.

Terkait pemanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, Sonny menuturkan Freeport Indonesia berkontribusi melalui pemberdayaan kepiting bakau yang melibatkan suku Kamoro.

Sonny mengungkapkan ketersediaan kepiting bakau atau karaka cukup melimpah di Mimika namun belum dikelola dengan baik.

PT Freeport Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika, Yayasan Crab Ball Mangrove Indonesia dan sejumlah lembaga lainnya meluncurkan program budidaya kepiting di area Freeport Indonesia Jalan Tambang Mile 10.

Sonny mengemukakan masyarakat suku Kamoro akan mendapatkan pelatihan budidaya karaka sacara bertahap mulai dari awal, praktik budidaya hingga panen.

Secara jangka panjang, Freeport Indonesia akan membentuk koperasi yang mengatur transaksi jual beli hasil budidaya karaka dengan konsumen.

Sonny menegaskan PT Freeport Indonesia berkomitmen tinggi membangun masyarakat Mimika Papua agar menikmati potensi sumber daya alam yang bermanfaat dan membentuk kemandirian.

Sonny juga menekankan program budidaya kepiting akan merubah pola pikir masyarakat suku Kamoro yang selama ini menganut konsep kehidupan "sampan, sungai dan sagu".

Sonny mengaku program pemberdayaan suku Kamoro melalui budidaya kepiting mendapatkan dukungan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susu Pudjiastuti.

Bahkan Menteri Susi mengapresiasi langkah program pemberdayaan masyarakat Kamoro untuk tumbuh dan kembang dari tingkat perekonomian.

Namun Susi mengingatkan pengelolaan kepiting jenis bakau harus memperhatikan kontinyunitas dengan tetap menyimpan induknya.

Konsultan Yayasan Crab Ball Mangrove Indonesia Slamet Riyadi menjelaskan masyarakat suku Kamiro memanfaatkan lahan tembakau untuk membudidayakan kepiting.

"Metode tersebut cukup sederhana dan ekonomis karena memanfaatkan lahan tembakau namun unggul secara produksi karena tidak membutuhkan waktu lama," ujar Slamet.

Slamet menyebutkan masa panen budidaya kepiting bakau relatif singkat sekitar dua hingga tiga bulan namun tetap memperhatikan faktor ekonomi, kelestarian alam dan menjaga keberlangsungan ekosistem. (*)

Pewarta : Taufik Ridwan
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024