Timika (Antaranews Papua) - Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua, Monsinyur Jhon Philipus Saklil menyebut para imam Katolik, secara khusus pastor diosesan atau projo, di Papua dan Papua Barat harus "beraroma tungku api".
"Artinya seorang pastor projo karena iman dan kasih, mewujudkan imannya itu sampai ke dapur umat," kata Uskup dalam khotbah perayaan ekaristi pembukaan Temu Unio Regio (TUR) Papua di Gereja Katedral Tiga Raja Timika di Mimika, Senin.
Temu Unio Regio Papua ke-5 pada 2018 merupakan agenda rutin dua tahunan para pastor diosesan yang berkarya di lima keuskupan di Papua dan Papua Barat.
Pada pertemuan mereka kali ini, para imam mendapat suguhan tema "Imam Beraroma Tungku Api", dengan subtema "Imam projo Papua bersama umat dalam semangat gerakan tungku api keluarga (Gertak) sebagai gerakan penyelamatan manusia dan alam Papua menuju gereja yang solider dengan duka dan kecemasan manusia di tengah pluralisme".
"Menjadi pastor di Papua tidak gampang, sebab berhadapan dengan realitas umat yang tergerus akibat arus globalisasi yang mana dusun mereka habis dijual padahal itu adalah sumber hidup mereka, itu adalah `tungku api` mereka, `tungku api` keluarga," ujarnya.
Untuk itu, ia berharap pertemuan semua imam projo Regio Papua tersebut, dapat menghasilkan gagasan-gagasan baru yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan pengembangan program "tungku api".
Berbagai program tersebut, ujarnya, dapat dilaksanakan seoptimal ungkin di keuskupan masing-masing, sebagai suatu gerakan bersama.
Pertemuan yang diagendakan selama sepekan, 9-16 Juli 2018 tersebut, juga ditandai dengan kegiatan "live in" oleh 84 pastor projo yang hadir bersama dengan keluarga-keluarga umat Katolik di kampung-kampung.
Tujuan kegiatan tersebut, agar para imam Katolik dapat menyelami secara langsung duka dan kecemasan umat sehingga mampu mewujudkan gereja yang solider melalui gerakan tungku api keluarga.
"Artinya seorang pastor projo karena iman dan kasih, mewujudkan imannya itu sampai ke dapur umat," kata Uskup dalam khotbah perayaan ekaristi pembukaan Temu Unio Regio (TUR) Papua di Gereja Katedral Tiga Raja Timika di Mimika, Senin.
Temu Unio Regio Papua ke-5 pada 2018 merupakan agenda rutin dua tahunan para pastor diosesan yang berkarya di lima keuskupan di Papua dan Papua Barat.
Pada pertemuan mereka kali ini, para imam mendapat suguhan tema "Imam Beraroma Tungku Api", dengan subtema "Imam projo Papua bersama umat dalam semangat gerakan tungku api keluarga (Gertak) sebagai gerakan penyelamatan manusia dan alam Papua menuju gereja yang solider dengan duka dan kecemasan manusia di tengah pluralisme".
"Menjadi pastor di Papua tidak gampang, sebab berhadapan dengan realitas umat yang tergerus akibat arus globalisasi yang mana dusun mereka habis dijual padahal itu adalah sumber hidup mereka, itu adalah `tungku api` mereka, `tungku api` keluarga," ujarnya.
Untuk itu, ia berharap pertemuan semua imam projo Regio Papua tersebut, dapat menghasilkan gagasan-gagasan baru yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan pengembangan program "tungku api".
Berbagai program tersebut, ujarnya, dapat dilaksanakan seoptimal ungkin di keuskupan masing-masing, sebagai suatu gerakan bersama.
Pertemuan yang diagendakan selama sepekan, 9-16 Juli 2018 tersebut, juga ditandai dengan kegiatan "live in" oleh 84 pastor projo yang hadir bersama dengan keluarga-keluarga umat Katolik di kampung-kampung.
Tujuan kegiatan tersebut, agar para imam Katolik dapat menyelami secara langsung duka dan kecemasan umat sehingga mampu mewujudkan gereja yang solider melalui gerakan tungku api keluarga.