Jayapura (Antaranews Papua) - Perwakilan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua Norbert Tunyanan mengatakan hasil penyelidikan sementara menyebutkan cuaca buruk yang sering berubah-ubah menjadi penyebab utama kecelakaan pesawat Dimonim di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada 11 Agustus 2018.

"Sampai saat ini laporan tentang cuaca di Oksibil masih dilakukan secara visual atau pengamatan langsung yang dilakukan petugas dari tower," kata Tunyanan seusai menerima dua instrumen pesawat Dimonim yang jatuh di Oksibil, yang diamankan personel SAR Gabungan dari lokasi kejadian, dam diserahkan pihak Polda Papua, di Jayapura, Kamis.

Ia mengatakan hingga kini di Oksibil belum ada petugas BMKG sehingga perkiraan cuaca hanya dilakukan secara visual dengan mengandalkan jarak pandang secara langsung.

Petugas yang melaporkan cuaca biasanya sudah dilatih oleh operator-operator yang melayani penerbangan ke kawasan itu dengan melihat tanda-tanda alam, misalnya bila angin hingga menyebabkan daun pisang terbalik berarti kecepatan angin cukup tinggi.

"Para petugas di lapangan terbang lebih mengandalkan pengamatan langsung di lapangan untuk melaporkan tentang cuaca yang sering berganti dengan cepat," kata Tunyanan.

Menurut dia, dalam lima tahun tahun terakhir di Oksibil sudah terjadi tiga kali kecelakaan yang menewaskan penumpang dan kru pesawat.

Dalam insiden yang dialami pesawat Dimonim, Sabtu (11/8), satu penumpang yakni Jumaidi (12) selamat dari maut, dan kini masih dirawat di RS Bhayangkara.

Sedangkan  pilot Leslie Sevuve yang berkebangsaan Papua Nugini (PNG) dan co pilot Wayan Sugiarta tewas bersama enam penumpang lainnya yakni Sudir Zakana, Martina Urupmabin, Hendrikus Kamiw, Lidia Kamiw, Jamaludin dan Naimus.

Pewarta : Evarukdijati
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024