Biak (ANTARA) - Di balik sampah yang menjadi masalah klasik di berbagai daerah, ada nilai rupiah yang menjanjikan setelah beragam limbah itu dipilah lalu diolah.
Potensi itulah yang digarap komunitas bank sampah di Kabupaten Biak Numfor, Papua. Keberadaannya bukan sekadar mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir. Lebih dari itu, berkat tangan-tangan kreatif dan berani kotor itu, mereka mampu memberi imbalan bagi warga yang terlibat di dalamnya.
Sampah hingga saat ini tidak hanya menimbulkan pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan, tapi juga menjadi ancaman kelangsungan hidup bagi makhluk di Bumi.
Masyarakat di Kabupaten Biak Numfor pun menghadapi masalah serupa seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
Saat ini, volume sampah yang dihasilkan di 19 distrik Biak Numfor sekitar 60 ton per hari. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret untuk menanganinya.
Salah satu solusi pengelolaan limbah sampah rumah tangga, yakni melalui program bank sampah, dengan pendekatan pola 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, gunakan kembali, daur ulang).
Melalui program bank sampah, diharapkan dapat mengurangi sampah, menggunakan kembali barang, dan mendaur ulang sampah untuk menciptakan beragam produk bernilai ekonomi.
Keberadaan bank sampah bermanfaat bagi manusia dan lingkungan karena membuat lingkungan lebih bersih dan menyadarkan warga akan pentingnya mengelolanya. Karena, bila diolah dengan benar, sampah juga memiliki ekonomis dan bisa menambah penghasilan keluarga.
Salah satu bank sampah di Kabupaten Biak Numfor adalah Bank Sampah Amanah Recyle Biak (ARB) yang telah beroperasi sejak 2018.
Kehadiran bank sampah ARB tidak hanya menjadi solusi untuk pengelolaan sampah di lingkungan keluarga, tetapi menjadi terobosan baru yang dijalankan secara organisasi melalui bank sampah.
Tujuan dibentuknya bank sampah adalah sebagai bagian dari strategi membangun kepedulian dan kesadaran masyarakat.
Jenis sampah rumah tangga tertentu dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai ekonomi langsung setelah melalui proses pemilihan dan pengolahan.
Oleh karena itu, pengelolaan bank sampah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus diintegrasikan dengan gerakan 3R. Dengan demikian, beban sampah di tempat pembuangan akhir berkurang signifikan.
Penanggung jawab operasional Bank Sampah ARB Biak Taufik P. Jaya mengaku pengelolaan limbah sampah melalui bank sampah memberi manfaat langsung dalam mengurangi limbah rumah tangga dan pasar.
Empat mesin pengolah limbah plastik yang dimiliki bank sampah ARB Biak juga memberikan kontribusi menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Dari operasional kerja bank sampah dalam mengelola limbah plastik, karton, dan kertas koran setiap bulan dapat mengirim hasil limbah plastik olahan mencapai 17 ton hingga 20 ton ke Surabaya.
Harga bubur plastik dengan tujuh jenis yang dapat dihasilkan dari limbah dijual senilai Rp7.000/kg.
Buka lapangan kerja
Keberadaan bank sampah tidak hanya berdampak ekonomi keluarga tetapi berpengaruh juga membuka lapangan kerja untuk masyarakat lokal orang asli Papua.
Operasional bank sampah ARB sampai saat berhasil merekrut sebanyak 18-25 tenaga kerja lokal dengan tingkat penghasilan berkisar Rp1,5 juta hingga Rp3 juta/bulan.
Jumlah penghasilan tersebut bisa menjadi sumber penghasilan samping yang cukup besar bagi keluarga.
Dengan makin berkembangnya operasional pengelolaan bank sampah ARB, ke depan diharapkan dapat menambah jumlah tenaga kerja.
Salah seorang pengumpul limbah di Kepulauan Padaido/Aimando, Jack Rumbekwan, mengaku keberadaan bank sampah ARB Biak membantu mengatasi penanganan limbah sampah rumah tangga dan pasar.
Sebagai orang asli Papua yang ikut mengelola sampah, Jack mendapat penghasilan tambahan buat keluarganya.
Dari hasil menjual sampah plastik, karton, dan kertas koran di bank sampah Biak, ia mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga. Begitu pula warga lainnya yang ikut mengumpulkan limbah tersebut.
"Sampah rumah tangga yang kami kumpulkan dapat dijual di bank sampah dengan hasil bervariasi, antara Rp300 ribu hingga Rp500 ribu sekali jual," katanya.
Kepedulian warga
Kehadiran bank sampah di Kabupaten Biak Numfor selama ini memberi kontribusi dalam mengurangi volume sampah. Hasil lainnya, bank sampah juga ikut menciptakan lingkungan yang bersih, indah, dan sehat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Biak Numfor Iwan Ismulyanto mengaku memberikan pelayanan dan pendampingan optimal di bank-bank sampah di Biak.
Bank sampah induk dan bank sampah ARB menjadi mitra kerja Dinas Lingkungan Hidup Biak Numfor dalam penanganan sampah di kabupaten ini yang setiap hari mencapai 50 ton hingga 60 ton.
Pemkab Biak Numfor saat ini memiliki tiga bank sampah di luar bank sampah yang dikelola secara swadaya oleh warga masyarakat.
Pemerintah berharap operasional bank sampah ke depan mampu menerapkan inovasi teknologi lingkungan pengelolaan limbah sampah rumah tangga.
"Kota Biak bisa bersih dari limbah sampah tidak terlepas keberhasilan dari pengelolaan bank sampah dan kepedulian warga," katanya.
Kepala Pengelolaan Pembangunan Ekoregion Papua Edward Sembiring menyatakan pengelolaan sampah di daerah harus melibatkan para pemangku kepentingan dan masyarakat lokal setempat.
Sampah yang diangkut ke bank sampah diharapkan dapat memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial masyarakat.
Limbah sampah rumah tangga dan pasar yang banyak dimanfaatkan masyarakat saat ini diolah menghasilkan produk pupuk organik untuk tanaman.
Saat ini masyarakat di Kabupaten Biak Numfor sudah mampu menghasilkan pupuk organik dari hasil pengolahan hasil limbah rumah tangga dan pasar.
Ke depan, dengan adanya kepedulian masyarakat di Kabupaten Biak Numfor turut mengelola limbah rumah tangga dapat berdampak terhadap kebersihan lingkungan.
Seperti halnya di negara dan daerah lain, penanganan sampah tidak bisa diatasi di bagian hilir saja, tetapi sejak awal harus diterapkan pendekatan produksi rendah limbah.
Begitu pula di Kabupaten Biak Numfor, keberadaan bank sampah harus pula dibarengi dengan penumbuhan kesadaran warga tentang pentingnya hidup sehat.
Editor: Achmad Zaenal M