Jakarta (Antaranews Papua) - Pemerintah dan kelompok pengusaha Taiwan menyerahkan bantuan senilai Rp4,4 miliar kepada para korban gempa Lombok melalui Palang Merah Indonesia (PMI) di Jakarta, Selasa.
"Taiwan selalu hadir menemani Indonesia dalam menghadapi bencana besar," kata Kepala Perwakilan Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan (TETO) untuk Indonesia John C. Chen, sambil mencontohkan bantuan tsunami Aceh Tahun 2004 dan letusan Gunung Merapi di Yogyakarta tahun 2010.
Rangkaian gempa di Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), akibat mulai terjadi sejak 29 Juli lalu dan sempat menemui puncaknya tujuh hari kemudian dengan guncangan berkekuatan 6,9.
Sejak saat itu sudah lebih dari 800 gempa susulan terjadi di lokasi yang sama, termasuk yang terbesar pada 19 Agustus malam dengan kekuatan 7,0 pada Skala Richter.
Rentetan gempa yang disebabkan oleh perubahan bentuk batuan di lereng Gunung Rinjani, yang kemudian menyebabkan gerakan patahan naik tersebut, telah menyebabkan 500 lebih orang kehilangan nyawa dan memaksa sekitar 400.000 orang mengungsi dari rumahnya.
Para korban mengungsi saat ini kekurangan air bersih, obat-obatan, dan makanan siap saji.
Rusaknya infrastruktur di lokasi pegunungan juga membuat para relawan kemanusiaan kesulitan menyalurkan bantuan, kata petugas PMI saat menerima bantuan dari Taiwan.
Sementara itu Chen menyebutkan bahwa Presiden Tsai Ing-wen langsung menyatakan duka cita terhadap para korban Lombok begitu terdengar kabar terjadinya guncangan besar di sana.
"Saya mengucapkan turut berduka cita atas bencana gempa bumi di Lombok. Taiwan siap membantu," kata Tsai di akun Twitternya pada 7 Agustus lalu.
Lalu pada Selasa, pemerintah di Pulau Formosa bersama warganya menyumbang uang sebesar 250.000 Dolar AS atau sekitar Rp3,5 miliar -- ditambah dengan pembelian dua mobil ambulans, pembangunan satu klinik dan satu truk tangki air. Selain itu asosiasi pengusaha Taiwan di Indonesia juga memberikan bantuan sebesar Rp750 juta.
"Gempa di Lombok sangat parah. Kami sangat sedih, dan kepada PMI kami menyampaikan bantuan ini bagi mereka yang menderita karena bencana," kata Chen.
Bantuan tersebut diserahkan langsung kepada Ketua Pelaksana PMI Ginanjar Kartasasmita yang mengaku berterima kasih karena Taiwan juga bersedia membangun tangki air bagi para korban.
"Air adalah hal utama saat terjadi bencana," kata Ginanjar.
Ginanjar menjelaskan bahwa para pengungsi di Lombok saat ini mengalami trauma akibat gempa yang terjadi ratusan kali sepanjang tiga pekan terakhir. Mereka lebih memilih untuk tidur di luar bangunan, bahkan tidak mau masuk ke rumah sakit.
"Bahkan melihat rumah sendiri pun mereka ketakutan," kata dia.
"Taiwan selalu hadir menemani Indonesia dalam menghadapi bencana besar," kata Kepala Perwakilan Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan (TETO) untuk Indonesia John C. Chen, sambil mencontohkan bantuan tsunami Aceh Tahun 2004 dan letusan Gunung Merapi di Yogyakarta tahun 2010.
Rangkaian gempa di Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), akibat mulai terjadi sejak 29 Juli lalu dan sempat menemui puncaknya tujuh hari kemudian dengan guncangan berkekuatan 6,9.
Sejak saat itu sudah lebih dari 800 gempa susulan terjadi di lokasi yang sama, termasuk yang terbesar pada 19 Agustus malam dengan kekuatan 7,0 pada Skala Richter.
Rentetan gempa yang disebabkan oleh perubahan bentuk batuan di lereng Gunung Rinjani, yang kemudian menyebabkan gerakan patahan naik tersebut, telah menyebabkan 500 lebih orang kehilangan nyawa dan memaksa sekitar 400.000 orang mengungsi dari rumahnya.
Para korban mengungsi saat ini kekurangan air bersih, obat-obatan, dan makanan siap saji.
Rusaknya infrastruktur di lokasi pegunungan juga membuat para relawan kemanusiaan kesulitan menyalurkan bantuan, kata petugas PMI saat menerima bantuan dari Taiwan.
Sementara itu Chen menyebutkan bahwa Presiden Tsai Ing-wen langsung menyatakan duka cita terhadap para korban Lombok begitu terdengar kabar terjadinya guncangan besar di sana.
"Saya mengucapkan turut berduka cita atas bencana gempa bumi di Lombok. Taiwan siap membantu," kata Tsai di akun Twitternya pada 7 Agustus lalu.
Lalu pada Selasa, pemerintah di Pulau Formosa bersama warganya menyumbang uang sebesar 250.000 Dolar AS atau sekitar Rp3,5 miliar -- ditambah dengan pembelian dua mobil ambulans, pembangunan satu klinik dan satu truk tangki air. Selain itu asosiasi pengusaha Taiwan di Indonesia juga memberikan bantuan sebesar Rp750 juta.
"Gempa di Lombok sangat parah. Kami sangat sedih, dan kepada PMI kami menyampaikan bantuan ini bagi mereka yang menderita karena bencana," kata Chen.
Bantuan tersebut diserahkan langsung kepada Ketua Pelaksana PMI Ginanjar Kartasasmita yang mengaku berterima kasih karena Taiwan juga bersedia membangun tangki air bagi para korban.
"Air adalah hal utama saat terjadi bencana," kata Ginanjar.
Ginanjar menjelaskan bahwa para pengungsi di Lombok saat ini mengalami trauma akibat gempa yang terjadi ratusan kali sepanjang tiga pekan terakhir. Mereka lebih memilih untuk tidur di luar bangunan, bahkan tidak mau masuk ke rumah sakit.
"Bahkan melihat rumah sendiri pun mereka ketakutan," kata dia.