Jayapura (Antaranews Papua) - Yayasan Intsia yang bergerak di bidang lingkungan menggelar seminar hasil kajian kawasan konservasi suaka marga satwa Mamberamo Foja di Kota Jayapura, Papua, Selasa.
   
Seminar tersebut mengadirkan sejumlah pemateri atau pakar lingkungan/hutan diantaranya Fifin Arfiana Jogasara dari Kementrian Lingkungan Hidup, Timbur Batubara dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Papua, Max J Tokede akademisi dari Universitas Papua dam Listya Kusumardani dari PIKA. 
   
Direktur Intsia Bastian Wamafma mengatakan diharapkan dapat mempresentasikan hasil kajian pengelolaan kawasan konservasi Mamberamo Foja sehingga memperoleh masukan yang dapat diaplikasikan di lapangan nanti.
   
"Jadi seminar ini selain menghadirkan para pemateri yang pakar dibidangnya masing-masing juga mengundang para pemerhati lingkungan dari berbagai daerah dan instansi di Papua dan Papua Barat. Seminar ini menggunakan metode presentasi dan diskusi panel," katanya.
   
Menurut dia, Mamberamo Foja merupakan salah satu kawasan konservasi dari 21 kawasan yang ada di Papua berdasarkan keptusan Mentan nomor 820/Kpts/Um/11/1982 dan diperkuat lagi dengan SK Mentan nomor 782/Kpts/Um/10/1982 tanggal 21 Oktober 1982 dengan luas lahan mencapai 1.0818.000 hektar. 
   
"Selanjutnya berdasarkan SK Menhutbun nomor 891/Kpts-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 Mamberamo Foja digabung dengan kawasan Sungai Rouffaer dengan luas 1 juta hektar sehingga totalnya mencapai 2.018.000 hektar," katanya.
   
Namun, kata dia, seiring dengan perkembangan waktu, kawasan Mamberamo Foja mengalami banyak perubahan diantaranya adalah pemakaian lahan tersebut, seperti adanya pemekaran daerah yang didalamnya terdapat 11 kabupaten yakni Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Sarmi, Tolikara, Yalimo, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Jayapura, Keerom dan Puncak Jaya. 
   
"Di Kabupaten Mamberamo Raya saja itu terdapat 22 kampung yang berada didalam kawasan Mamberamo Foja. Dengan jumlah penduduk sebanyak 11.785 jiwa atau sebanyak 2.498 KK. Berarti lebih dari separuh penduduk Kabupaten Mamberamo Raya tinggal di dalam kawasan konservasi. Ini contoh saja, belum kabupaten lain yang berarti terjadi banyak perubahan untuk pembangunan," katanya.
   
Dinamika pembangunan yang terjadi merupakan konsekuensi dari hadirnya 11 kabupaten yang baru dimekarkan itu pascakawasan Mamberamo Foja ditunjuk pada tahun 1982 berimplikasi pada keutuhan kawasan tersebut.
   
"Nah, mencermati dilema pelayanan pada kawasan konservasi di Papua dan dinamika pembangunan yang tumpang tindih dengan kawasan konservasi, serta kenyataan bahwa masyarakat adat telah ada sebelum kawasan konservasi ditetapkan. Maka pengelolaan kawasan konservasi perlu mempertimbangkan aspek perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan," katanya.
   
Sehingga, kata Bastian, kajian pengelolaan kawasan konservasi ini dipandang sebagai hal yang sangat penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengelolaan kawasan konservasi Mamberamo Foja, tentunya dengan memperhatikan fakta-fakta tentang keberadaan masyarakat dan rencana-rencana pembagunan di dalam kawasan, serta potensi-potensi keterancaman kawasan.
   
"Seperti apa manfaat dan kekurangan dari Mamberamo Foja bila kawasan ini dipertahankan dan bila mana dilakukan perubahan menjadi taman nasional, inilah yang kita kaji dalam seminar sehari ini," katanya.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024