Jayapura (Antaranews Papua) - Balai Arkeologi Papua berencana menyosialisasikan Situs Megalitik Tutari di Kabupaten Jayapura kepada pelajar SD hingga SMA, 26-27 September 2018.
Ketua panitia penyelenggara yang juga seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto di Kota Jayapura, Jumat mengatakan Situs Megalitik Tutari di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura berada di ketinggian antara 150 hingga 200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Di rumah peradaban, Situs Megalitik Tutari, dapat disaksikan peninggalan-peninggalan yang berasal dari masa megalitik berupa batu berlukis, pahatan batu, jajaran batu, batu temugelang, dan menhir.
"Dalam buku Bagyo Prasetyo (1994) disebutkan bahwa menhir-menhir di situs ini merupakan lambang dari Suku Tutari yang meninggal dalam perang pada masa lalu. Oleh karena itu tempat ini disakralkan oleh masyarakat sekitar," katanya.
Dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa batu yang mempunyai gambar dengan bentuk kura-kura, manusia, kadal dan gambar-gambar geometris. Temuan lukisan di Situs Megalitik Tutari cukup banyak dan memiliki bentuk motif yang bervariasi.
Motif-motif lukisan tersebut merupakan hasil implementasi pengetahuan kognitif masyarakat Tutari tentang lingkungan alam habitatnya, yang dituangkan pada media batu yang tersebar di Bukit Tutari.
"Motif-motif tersebut juga sebagai gambaran nilai-nilai kehidupan sosial budaya, ekonomi dan religi suku Tutari. Nah, untuk memberikan pemahaman pada siswa atau pelajar sekolah tentang sejarah dan nilai budaya masa lampau dalam upaya melek budaya, pencerdasan bangsa, penumbuhan semangat kebangsaan dan sumber inspirasi pengembangan budaya yang berkepribadian maka akan dilakukan kegiatan Rumah Peradaban Tutari," katanya.
Siswa atau pelajar sekolah, kata Hari, diharapkan dapat mengetahui dan meresapi dengan melihat langsung, mengamati, memahami, mengerti dan menelusuri nilai-nilai yang terkandung dalam tinggalan megalitik Tutari.
Dengan demikian, lanjut dia, diharapkan akan timbul dan terbentuk rasa ikut memiliki, membentuk dan menumbuhkan rasa toleransi terhadap sesama individu atau kelompok. Apalagi, sebagai pelajar, dinilai kurang lengkap apabila hanya menonjolkan kepandaian, rasional dan logika.
"Oleh karena itu sangat penting bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa untuk memahami, melaksanakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa yang membentuk kepribadian sebagai jati diri bangsa.
Kegiatan ini ungkap Hari, akan digelar selama dua hari yakni pada 26-27 September 2018 di kawasan Situs Megalitik Tutarui, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
Ketua panitia penyelenggara yang juga seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto di Kota Jayapura, Jumat mengatakan Situs Megalitik Tutari di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura berada di ketinggian antara 150 hingga 200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Di rumah peradaban, Situs Megalitik Tutari, dapat disaksikan peninggalan-peninggalan yang berasal dari masa megalitik berupa batu berlukis, pahatan batu, jajaran batu, batu temugelang, dan menhir.
"Dalam buku Bagyo Prasetyo (1994) disebutkan bahwa menhir-menhir di situs ini merupakan lambang dari Suku Tutari yang meninggal dalam perang pada masa lalu. Oleh karena itu tempat ini disakralkan oleh masyarakat sekitar," katanya.
Dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa batu yang mempunyai gambar dengan bentuk kura-kura, manusia, kadal dan gambar-gambar geometris. Temuan lukisan di Situs Megalitik Tutari cukup banyak dan memiliki bentuk motif yang bervariasi.
Motif-motif lukisan tersebut merupakan hasil implementasi pengetahuan kognitif masyarakat Tutari tentang lingkungan alam habitatnya, yang dituangkan pada media batu yang tersebar di Bukit Tutari.
"Motif-motif tersebut juga sebagai gambaran nilai-nilai kehidupan sosial budaya, ekonomi dan religi suku Tutari. Nah, untuk memberikan pemahaman pada siswa atau pelajar sekolah tentang sejarah dan nilai budaya masa lampau dalam upaya melek budaya, pencerdasan bangsa, penumbuhan semangat kebangsaan dan sumber inspirasi pengembangan budaya yang berkepribadian maka akan dilakukan kegiatan Rumah Peradaban Tutari," katanya.
Siswa atau pelajar sekolah, kata Hari, diharapkan dapat mengetahui dan meresapi dengan melihat langsung, mengamati, memahami, mengerti dan menelusuri nilai-nilai yang terkandung dalam tinggalan megalitik Tutari.
Dengan demikian, lanjut dia, diharapkan akan timbul dan terbentuk rasa ikut memiliki, membentuk dan menumbuhkan rasa toleransi terhadap sesama individu atau kelompok. Apalagi, sebagai pelajar, dinilai kurang lengkap apabila hanya menonjolkan kepandaian, rasional dan logika.
"Oleh karena itu sangat penting bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa untuk memahami, melaksanakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa yang membentuk kepribadian sebagai jati diri bangsa.
Kegiatan ini ungkap Hari, akan digelar selama dua hari yakni pada 26-27 September 2018 di kawasan Situs Megalitik Tutarui, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.