Jayapura (ANTARA) - Penelitian Balai Arkeologi Papua di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura menemukan ukiran dengan motif putri duyung dengan warna hitam dan putih di tiang rumah obhee atau rumah adat Suku Sentani.
Seorang tokoh masyarakat Kampung Dondai Daud Wally ketika dihubungi ANTARA di Jayapura, Senin, mengatakan tentang cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat Sentani bagian barat bahwa pada masa lalu leluhur warga setempat ada yang berasal dari wilayah "Matahari terbit" atau Pasifik.
Ukiran dengan motif putri duyung itu digambarkan sebagai perempuan cantik berambut tergerai indah memesona, sedangkan bagian bawah berupa ikan berekor.
Ia menjelaskan ukiran putri duyung sebagai pengingat bahwa leluhur masyarakat Sentani berasal dari Pasifik di sebelah timur Sentani. Saat ini, putri duyung menjadi lambang marga di Danau Sentani bagian barat.
Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto mengatakan putri duyung dikenal dalam cerita rakyat itu digambarkan hidup di lautan.
Secara ilmiah, duyung disebut dugong dugon. Dugong bukanlah sejenis ikan tetapi tergolong dalam hewan mamalia laut pemakan tumbuhan lamun. Padang lamun banyak ditemukan di teluk-teluk perairan Pasifik selatan.
Selain motif putri duyung, katanya, penelitian di obhee Kampung Dondai juga menemukan ukiran ikan hiu gergaji di tiang rumah.
Pada masa lalu, sebelum kehadiran manusia, Danau Sentani adalah laut yang menjadi habitat fauna laut, termasuk ikan hiu gergaji.
Proses geologi menjadikan Laut Sentani danau air tawar, di mana ikan hiu gergaji kemudian beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ikan hiu gergaji terakhir ditangkap di Danau Sentani pada 1970-an.
Ikan hiu gergaji menjadi sumber inspirasi seni oleh manusia prasejarah hingga seni Sentani masa kini. Motif ikan hiu gergaji digoreskan pada bongkahan batu Situs Megalitik Tutari. Motif ikan hiu digoreskan pada tiang rumah obhee, serta motif ikan hiu gergaji digambarkan dalam lukisan kulit kayu Asei.
"Putri duyung identik dengan budaya masyarakat pantai. Keberadaan motif putri duyung di Danau Sentani, membuktikan bahwa kehidupan masyarakat Danau Sentani tidak bisa dilepaskan dari laut. Hal ini dibuktikan dengan temuan arkeologi berupa cangkang moluska laut Verenidae dan Arcidae di situs prasejarah Yomokho, Kampung Dondai," katanya.
Ia menambahkan keberadaan cangkang moluska laut membuktikan bahwa manusia prasejarah yang menghuni Situs Yomokho telah melakukan kontak dengan masyarakat pesisir atau mereka dalam beraktivitas hingga pesisir.
Berita Terkait
LMA: Benda arkeologi jati diri orang Papua harus dijaga
Jumat, 9 Agustus 2024 14:25
Peneliti Arkeologi : Tinggalan megalitik terlihat di dalam Danau Sentani Jayapura
Sabtu, 3 Oktober 2020 16:05
Danlanud : sejarah Lanud Silas Papare Jayapura akan dibukukan
Rabu, 2 September 2020 13:21
Bupati Jayapura apresiasi webinar danau Sentani dalam kajian Arkeologi budaya Papua
Rabu, 26 Agustus 2020 16:44
Peneliti Arkeologi usulkan pelaksanaan simulasi sebelum pembukaan situs Tutari
Jumat, 19 Juni 2020 3:25
Peneliti minta situs arkeologi di Papua ditutup cegah COVID-19
Minggu, 29 Maret 2020 16:16
Situs arkeologi di Jayapura dikembangkan jadi destinasi PON XX
Selasa, 10 Desember 2019 18:50
Balai Arkeologi Papua bagikan 1.500 buku Tutari kepada pelajar Jayapura
Selasa, 3 Desember 2019 4:10