Sentani (Antaranews Papua) - Sebanyak 183 mahasiswa jurusan Antropologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) melakukan kuliah lapangan di Sits Megalitik Tutari, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis.

Ratusan mahasiswa yang masih duduk pada semester I itu datang dengan menggunakan dua unit bus milik kampus Uncen yang didampingi oleh dosen tamu Hari Suroto yang juga seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua.

Tujuan kuliah lapangan agar para mahasiswa lebih mengenal tentang situs dan artefak yang ada di Papua, tidak saja mereka tahu dari buku atau media lainnya dengan belajar dalam ruangan, ujar Hari.

Menurut dia, dibandingkan dengan kuliah dalam ruangan, kuliah luar lapangan bisa memberikan suasana baru bagi mahasiswa selain tidak bosan, bisa langsung berinteraksi dengan benda yang ingin dipelajari sehingga bisa mendapat pengetahuan baru tentang materi kuliah yang sedang digeluti.

"Di sini para mahasiswa bisa melihat langsung artefak arkeologi berupa batu-batu bergambar dan arca batu di Situs Megalitik. Mereka juga bisa mengamati obyek lukisan prasejarah serta mendiskripsikan lukisan dan lingkungan sekitar," kata.

Mengenai mata kuliah arkeologi, kata alumnus Universitas Udayana Bali itu, hanya sebagai mata kuliah pengantar Antropologi dari salah satu jurusan yang ada di FISIP Uncen dengan bobot tiga SKS, sehingga belum bisa memberikan pemahaman yang luas terkait tinggalan-tinggalan budaya masa lampau.?

"Menurut saya lebih bagus salah satu universitas di Papua atau Papua Barat memiliki program studi Arkeologi, karena di tanah Papua banyak tinggalan masa lampau yang belum terdata dan diteliti dengan baik," kata Hari Suroto.

Dalam kuliah lapangan ini, ratusan mahasiswa Uncen itu diterima langsung oleh Alfred Marweri yang merupakan juru pelihara Situs Megalitik Tutari sekaligus mengantarkan melihat lebih dekat apa saja benda-benda yang ada di tempat prasejarah tersebut.

Ia mengapresiasi kunjungan dari para mahasiswa Antropolog Uncen, karena dengan begitu Situs Megalitik Tutari akan lebih dikenal oleh para generasi muda Papua, apalagi selama ini pada umumnya masyarakat hanya mengetahui tentang Kampung Doyo Lama dengan Bukit Teletabis-nya, sedangkan keberadaan situs prasejarah ini tidak begitu dikenal.

"Padahal antara Bukit Teletabis dan Situs Megalitik Tutari hanya berjarak beberapa ratus meter yang dipisahkan oleh ruas jalan Sentani-Depapre. Harapannya situs ini makin dikenal sehingga menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Jayapura," kata Alfred Marweri.

Median Keroman, salah satu mahasiswa Antropologi yang berasal dari Kabupaten Yahukimo mengaku belum mengetahui situs-situs arkeologi yang ada di Bumi Cenderawasih, namun dengan kuliah lapangan yang langsung berkunjung ke Situs Megalitik Tutari akhirnya bisa tahu dan belajar tinggalan budaya masa lampau yang ada di Kabupaten Jayapura.

"Kalau lulus kuliah nanti saya akan pelajari sejumlah tinggalan-tinggalan masa lalu yang ada di kampung saya di Yahukimo, sehingga bisa saya identifikasikan dan publikasi kepada masyarakat luas. Harapannya, kuliah lapangan ini tidak saja ke Tutari tetapi bisa ke situs-situs lainnya di Papua," katanya.

Kuliah lapangan untuk mata kuliah arkeologi pada jurusan Antropologi FISIP Uncen ini merupakan yang ketiga kali. Sebelumnya pada pada 2016 dan 2017 mahasiswa Uncen berkunjung ke Museum Negeri Provinsi Papua, di Kelurahan Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura dan Situs Srobu di Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024