Jayapura, 2/11 (Antara) - Tokoh Papua Syahmud Basri Ngabalin berpendapat bahwa pelaksanaan PON XX pada 2020 nanti merupakan ajang untuk memamerkan dan menjual suvenir khas Papua seperti lukisan kulit kayu, tas noken, ukiran Asmat dan batik Papua.

"Berbicara soal PON, maka kita bukan saja bicara soal bagaimana pembangunan infrastrukturnya tetapi bagaimana memberikan efek yang luar biasa kepada masyarakat. Bagaimana kita bisa kenalkan dan menjual hasil karya masyarakat, seperti lukisan kulit katu, noken hingga batik," katanya saat berada di Kota Jayapura, Jumat.

Hanya saja, kata alumnus Universitas Satya Negara Indonesia itu, belum terlihat adanya dukungan nyata dari pemerintah daerah atau provinsi guna memberikan pelatihan dan pendampingan bagaimana masyarakat bisa memproduksinya secara masal guna memenuhi permintaan pasar, apalagi PON tinggal menghitung hari.

"Dari kunjungan saya di dua tempat membuat batik di Abepura dan di Nafri, saya lihat mereka masih membuatnya dengan cara sederhana, bahan baku kain juga masih yang biasa dan didatangkan dari luar Papua," katanya.

Jika saja bahan baku itu dibuat di Papua, kata pria berkacamata minus itu, maka sudah pasti ada kesinambungan antara industri rumah tangga membuat kain dan pembatik.

"Ini hanya contoh saja, yang pembuat batik. Belum masyarakat yang buat lukisan kulit kayu, noken ataupun ukiran asmat yang begitu terkenal," katanya.

Menurut dia, pemerintah sudah seharusnya mendorong adanya pembuatan suvenir atu oleh-oleh khas dari Papua diproduksi secara masal guna mengantisipasi permintaan saat PON XX nanti.

"Karena para atlit ataupun pengunjung pada perhelatan olahraga tingkat nasional itu digelar, mereka akan mencari hal-hal unik sebagai buah tangan bagi keluarga ketika kembali ke daerahnya masing-masing," tambahnya.

Syahmud khawatir jika hal ini tidak segera dilakukan, maka bukan tidak mungkin pada saat pelaksanaan PON XX, souvenir dari luar Papua yang akan membanjiri sejumlah lapak-lapak atau kios souvenir di berbagai daerah di Papua.

"Akhirnya uang yang mengalir pada saat PON XX tidak ke masyarakat tetapi keluar Papua. Ini namanya tidak memberikan untung dan dampak ekonim kepada masyarakat kecil," katanya.

Mengenai fasilitas pendukung lainnya seperti Bandar Sentani sebagai pintu masuk para atlet yang akan datang ke Papua, Syahmud menilai bahwa itu akan menjadi masalah tersendiri juga jika tidak ditingkatkan sesegera mungkin.

"Karena sudah pasti akan menimbulkan keruwetan dilingkungan bandara, mulai dari landasan pacu, apron, gerbarata, ruang tunggu, ruang VIP hingga lahan parkir kendaraan, apalagi jalan tidak diperlebar, sudah pasti macet total karena kepadatan aktivitas yang bersamaan," katanya.

Dia berharap pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah pusat segera memperhatikan ajang tersebut, karena jika tidak agenda nasional tersebut akan terpapar sejumlah kekurangan di sana-sini.

 "Bukan tidak mungkin PON XX bisa dikatakan gagal, karena infrastruktur tidak lengkap dan rampung serta tidak memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Papua yang ingin berdiri sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia," kata jebolan STM Negeri I Kotaraja, Kota Jayapura itu.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024