Surabaya (Antaranews Papua) - Syachrul Anto (48), relawan penyelam Basarnas asal Makassar yang meninggal dunia saat membantu pencarian korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/11) dimakamkan di Surabaya, Sabtu.

Syachrul yang meninggal diduga karena mengalami dekompresi dimakamkan di daerah Bendul Merisi Utara, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, dekat dengan rumah orang tuanya.

"Saya dikabari tim Basarnas Jumat (2/11) malam bahwa suami saya meninggal dunia dan Sabtu pagi langsung dibawa ke Surabaya," kata istri Syachrul, Liyan Kurniawati (39), yang ditemui di rumah duka di Surabaya, Sabtu

Sambil terisak, Liyan mengatakan tidak tahu detail penyebab suaminya meninggal dunia. Namun pada Jumat suaminya berpamitan akan menyelam pada dua waktu, pagi dan sore.

"Terakhir kontak pagi. Dia bilang katanya dalam sehari akan menyelam dua kali pada pagi sama sore. Dia hanya 'say hello'," ujarnya.

Syachrul yang meninggalkan satu istri dan satu anak, yakni Jihan Valensia bukanlah tim dari Basarnas, namun hanya relawan penyelam yang selalu membantu saat ada kejadian besar.

Syachrul memiliki sertifikat penyelam CSMAS itu telah menjadi relawan tetap Basarnas sejak peristiwa jatuhnya pesawat Air Asia pada tahun 2014.

"Suami saya bukan tim, suami saya relawan yang kebetulan mempunyai lisensi menyelam dan selalu menawarkan diri kalau ada musibah yang dia bisa bantu, seperti relawan tetap. Waktu kejadian Air Asia dulu dia ikut evakuasi. Di Palu juga ikut bantu," katanya.

Dia sehari-seharinya berwiraswasta di Makassar. Meski sibuk dengan usaha bidang jasa, Syachrul selalu menyempatkan diri untuk ikut membantu saat ada kejadian.

Liyan menceritakan sebelum ikut dalam tim pencarian korban, dia dan suaminya berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan urusan setelah sempat bersilaturahim dengan keluarganya di Surabaya.

"Dalam pencarian ini suami saya menggantikan temannya yang berhalangan. Dia memang tidak pernah bilang enggak, apalagi musibah besar dia tidak mungkin menolak," katanya.

Dari Yogyakarta Syachrul berangkat ke Jakarta untuk bertemu sesama relawan asal Makassar. Waktu itu dia tidak membawa peralatan lengkap dan harus meminjam karena alatnya berada di Makassar.

"Memang bapak sudah lama tidak menyelam. Tapi sejak kejadian Air Asia pada tahun 2014 selalu ikut jika ada kejadian," ujarnya.

Liyan sempat mengantarkan suaminya ke Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, pada Rabu (31/11) mengaku tidak punya firasat apa-apa tentang suaminya.

Namun sebelum meninggal, suaminya sempat mengirimkan pesan yang menceritakaan perasaan sedihnya melihat banyaknya korban meninggal akibat jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Karawang, Senin (29/10).

"Mungkin itu merupakan firasat dia ya. Bapak atau suami saya itu, untuk misi kemanusiaan meski berat dan dilarang tetap berangkat," ucapnya.

Syachrul di mata Liyan adalah sosok yang tidak pernah mengeluh tentang kondisi tubuhnya. Sebab, sebelum menjadi relawan penyelam untuk mencari korban pesawat Lion Air, Syachrul sempat menunaikan Ibadah Haji dan langsung menjadi relawan gempa di Palu, Sulawesi Tengah.

"Saya sempat dengar bahwa peralatannya kurang lengkap. Tapi bapak tidak pernah mengeluh kondisinya," ucapnya.

Syachrul Anto meninggal saat bertugas di Perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/11) karena penyakit yang dapat mempengaruhi penyelam atau orang lain (seperti penambang) yang berada dalam situasi yang melibatkan tekanan cepat penurunan suhu tubuh atau dekompresi.

Pewarta : Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024