Jayapura (ANTARA) - Manajemen Perseru Serui mengakui tim yang dijuluki Cenderawasih Jingga tersebut kini tengah dirundung permasalahan anggaran sehingga menjual klub menjadi salah satu opsi terbaik untuk menyelamatkan tim sepak bola itu.
Tonny Tesar Ketua Umum Perseru Serui, di Jayapura, Senin mengatakan, pihaknya juga sedang melakukan negosiasi dengan salah satu pengusaha asal Lampung untuk mengakuisisi saham klub tersebut.
"Pilihan lain adalah manajemen sudah berusaha membangun komunikasi dengan Pemerintah Provinsi Papua untuk membantu Perseru agar mendapatkan sponsor dari PT Freeport Indonesia, namun usaha manajemen sampai kini tidak berhasil," katanya yang juga merupakan Bupati Kepulauan Yapen.
Menurut Tonny, pihaknya sudah berusaha melobi PT Freeport, tetapi selalu ditolak, selain itu antusias masyarakat untuk datang ke stadion juga sangat terbatas, di mana ini juga menjadi alasan sponsor kurang menarik mendukung klub di Papua.
"Klub membutuhkan suntikan dana segar untuk membantu biaya operasional tim dan pembayaran gaji pemain, tetapi pendapatan dari setiap laga home kecil dan klub dilarang menggunakan dana APBD untuk klub profesional," ujarnya.
Dia menjelaskan tidak hanya itu, alasan sponsor tidak begitu melirik Perseru dalam beberapa musim belakangan adalah sokongan sponsor lokal seperti Bank Papua yang hanya mengucurkan dana sebesar Rp1,5 miliar per satu musim kompetisi.
"Dalam beberapa musim terakhir otomatis kami cuma mengandalkan dana dari Bank Papua yang besarnya tidak seberapa, sementara untuk Persipura Jayapura mendapatkan dukungan sangat besar dari bank milik rakyat Papua ini," katanya lagi.
Dia menambahkan alasan lainnya, tahun ini pemerintah akan melakukan renovasi Stadion Marora Serui untuk persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pada 2020, dengan demikian, Perseru akan mencari stadion lain di luar Papua guna menjamu klub lain.
Tonny Tesar Ketua Umum Perseru Serui, di Jayapura, Senin mengatakan, pihaknya juga sedang melakukan negosiasi dengan salah satu pengusaha asal Lampung untuk mengakuisisi saham klub tersebut.
"Pilihan lain adalah manajemen sudah berusaha membangun komunikasi dengan Pemerintah Provinsi Papua untuk membantu Perseru agar mendapatkan sponsor dari PT Freeport Indonesia, namun usaha manajemen sampai kini tidak berhasil," katanya yang juga merupakan Bupati Kepulauan Yapen.
Menurut Tonny, pihaknya sudah berusaha melobi PT Freeport, tetapi selalu ditolak, selain itu antusias masyarakat untuk datang ke stadion juga sangat terbatas, di mana ini juga menjadi alasan sponsor kurang menarik mendukung klub di Papua.
"Klub membutuhkan suntikan dana segar untuk membantu biaya operasional tim dan pembayaran gaji pemain, tetapi pendapatan dari setiap laga home kecil dan klub dilarang menggunakan dana APBD untuk klub profesional," ujarnya.
Dia menjelaskan tidak hanya itu, alasan sponsor tidak begitu melirik Perseru dalam beberapa musim belakangan adalah sokongan sponsor lokal seperti Bank Papua yang hanya mengucurkan dana sebesar Rp1,5 miliar per satu musim kompetisi.
"Dalam beberapa musim terakhir otomatis kami cuma mengandalkan dana dari Bank Papua yang besarnya tidak seberapa, sementara untuk Persipura Jayapura mendapatkan dukungan sangat besar dari bank milik rakyat Papua ini," katanya lagi.
Dia menambahkan alasan lainnya, tahun ini pemerintah akan melakukan renovasi Stadion Marora Serui untuk persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pada 2020, dengan demikian, Perseru akan mencari stadion lain di luar Papua guna menjamu klub lain.