Tianjin (ANTARA) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) mempertemukan dua rival utama politik Budiman Sudjatmiko dan Rocky Gerung di Tianjin, China, Minggu (19/5/2019).
Kedua tokoh berbeda generasi itu duduk bersama dalam Simposium PPI Kawasan Asia-Oseania di kampus Tianjin University.
Namun dalam kesempatan langka tersebut, kedua pendukung utama calon presiden dan wakil presiden berbeda pada Pemilu 2019 itu tidak berbicara tentang politik.
Budiman dan Rocky menyemangati para generasi muda kreatif dan inovatif dalam menghadapi persaingan global.
“Kita tidak bisa membayangkan sebelumnya ternyata sekarang sudah memasuki era dematerialisasi dan demonetasi seperti yang dilakukan China,” kata Budiman yang politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus Ketua Umum Inovator 4.0.
Dalam hal ini, lanjut aktivis prodemokrasi itu, generasi milenial Indonesia tidak boleh berkecil hati.
"Ada hal penting yang kita miliki, yaitu imajinasi. Big data tanpa imajinasi, kalian akan jadi budak," kata Budiman dalam forum yang dihadiri ratusan mahasiswa Indonesia itu.
Rocky setuju dengan cara pandang rivalnya itu yang mendapatkan kesempatan berbicara lebih dulu.
"Kita harus membayangkan 2024 Prabowo, Megawati sudah tidak ada. Mereka sudah sampai 2019. Imajinasi saudara menghasilkan dunia imajiner baru 2024," kata dosen Universitas Indonesia itu.
Simposium PPI Asia-Oseania dibuka oleh Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun. Selain Budiman dan Rocky, beberapa pembicara lain adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Beijing Arief Hartawan, dan pelaku usaha.
Sehari sebelumnya digelar Festival Budaya di Tianjin University Stadium.
Kedua tokoh berbeda generasi itu duduk bersama dalam Simposium PPI Kawasan Asia-Oseania di kampus Tianjin University.
Namun dalam kesempatan langka tersebut, kedua pendukung utama calon presiden dan wakil presiden berbeda pada Pemilu 2019 itu tidak berbicara tentang politik.
Budiman dan Rocky menyemangati para generasi muda kreatif dan inovatif dalam menghadapi persaingan global.
“Kita tidak bisa membayangkan sebelumnya ternyata sekarang sudah memasuki era dematerialisasi dan demonetasi seperti yang dilakukan China,” kata Budiman yang politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus Ketua Umum Inovator 4.0.
Dalam hal ini, lanjut aktivis prodemokrasi itu, generasi milenial Indonesia tidak boleh berkecil hati.
"Ada hal penting yang kita miliki, yaitu imajinasi. Big data tanpa imajinasi, kalian akan jadi budak," kata Budiman dalam forum yang dihadiri ratusan mahasiswa Indonesia itu.
Rocky setuju dengan cara pandang rivalnya itu yang mendapatkan kesempatan berbicara lebih dulu.
"Kita harus membayangkan 2024 Prabowo, Megawati sudah tidak ada. Mereka sudah sampai 2019. Imajinasi saudara menghasilkan dunia imajiner baru 2024," kata dosen Universitas Indonesia itu.
Simposium PPI Asia-Oseania dibuka oleh Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun. Selain Budiman dan Rocky, beberapa pembicara lain adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Beijing Arief Hartawan, dan pelaku usaha.
Sehari sebelumnya digelar Festival Budaya di Tianjin University Stadium.