Jakarta (ANTARA) - Politisi senior Partai Golkar Yorris Raweyai menyoroti penurunan perolehan kursi Golkar di Pemilu 2019, yaitu hanya sebanyak 85 kursi sehingga diperlukan adanya evaluasi di internal partai tersebut.
"Di Pemilu 2019 ada penambahan daerah pemilihan (dapil) dan kursi, yaitu 15 di DPR RI sehingga ada peluang Golkar menjadi parpol nomor dua. Namun hasilnya di Pemilu 2019 Golkar hanya memperoleh 85 kursi DPR RI," kata Yorris dalam diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan, di awal kepemimpinan Airlangga Hartarto, diharapkan peroleh kursi Golkar di Pemilu 2019 minimal sebanyak 91 kursi, yaitu bertahan seperti Pemilu 2014.
Bahkan, menurut dia, dalam rapat internal Golkar, Airlangga menargetkan perolehan kursi DPR RI Golkar sebanyak 110 kursi meskipun pada kenyataannya jauh dari harapan.
"Saat ini mengalami penurunan kursi DPR RI, padahal targetnya 110 kursi yang dikatakan Airlangga. Saat itu memang terjadi perdebatan, saya katakan realistis dalam menentukan target dan melihat dinamika politik," ujarnya.
Menurut Yorris, penurunan suara Golkar itu memang tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar namun diperkirakan ada yang salah dalam kerja politik Golkar.
Dia mengatakan, di internal Golkar saat ini sudah mulai ada kegelisahan terkait penurunan perolehan kursi di Pemilu 2019 karena seharusnya penambahan dapil dan kursi DPR RI bisa dimanfaatkan untuk menambah jumlah kursi di parlemen.
"Tinggal kita kembalikan kepada pemilik suara di Golkar, karena di era kepemimpinan Airlangga akan berakhir Desember 2019 dan melaksanakan munas," katanya.
Yorris menilai Golkar harus segera mengonsolidasikan diri agar bisa melahirkan pemimpin muda khususnya menghadapi Pemilu 2024 yang diprediksi akan semakin dinamis.
"Di Pemilu 2019 ada penambahan daerah pemilihan (dapil) dan kursi, yaitu 15 di DPR RI sehingga ada peluang Golkar menjadi parpol nomor dua. Namun hasilnya di Pemilu 2019 Golkar hanya memperoleh 85 kursi DPR RI," kata Yorris dalam diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan, di awal kepemimpinan Airlangga Hartarto, diharapkan peroleh kursi Golkar di Pemilu 2019 minimal sebanyak 91 kursi, yaitu bertahan seperti Pemilu 2014.
Bahkan, menurut dia, dalam rapat internal Golkar, Airlangga menargetkan perolehan kursi DPR RI Golkar sebanyak 110 kursi meskipun pada kenyataannya jauh dari harapan.
"Saat ini mengalami penurunan kursi DPR RI, padahal targetnya 110 kursi yang dikatakan Airlangga. Saat itu memang terjadi perdebatan, saya katakan realistis dalam menentukan target dan melihat dinamika politik," ujarnya.
Menurut Yorris, penurunan suara Golkar itu memang tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar namun diperkirakan ada yang salah dalam kerja politik Golkar.
Dia mengatakan, di internal Golkar saat ini sudah mulai ada kegelisahan terkait penurunan perolehan kursi di Pemilu 2019 karena seharusnya penambahan dapil dan kursi DPR RI bisa dimanfaatkan untuk menambah jumlah kursi di parlemen.
"Tinggal kita kembalikan kepada pemilik suara di Golkar, karena di era kepemimpinan Airlangga akan berakhir Desember 2019 dan melaksanakan munas," katanya.
Yorris menilai Golkar harus segera mengonsolidasikan diri agar bisa melahirkan pemimpin muda khususnya menghadapi Pemilu 2024 yang diprediksi akan semakin dinamis.