Seattle (ANTARA) - Boeing Co pada hari Rabu (3/7/2019) menjanjikan 100 juta dolar AS untuk membantu keluarga korban kecelakaan pesawat jet 737 Max di Indonesia dan Ethiopia.
Juru bicara Boeing menyatakan pembayaran bantuan secara multi-tahun itu tidak tergantung pada tuntutan hukum yang diajukan oleh keluarga dari 346 korban tewas dalam dua kecelakaan yang terjadi Oktober 2018 dan Maret tahun ini.
Dana tersebut tidak akan langsung diberikan kepada keluarga, namun akan diberikan kepada pemerintah setempat dan organisasi nirlaba untuk membantu keluarga korban di bidang pendidikan dan biaya hidup guna meningkatkan perekonomian keluarga korban.
Boeing juga mengatakan akan mengumpulkan sumbangan dari karyawan perusahaan itu hingga Desember 2019.
"Keluarga dan orang-orang terkasih dari mereka yang ada di pesawat memiliki simpati terdalam kami dan kami berharap bantuan awal ini dapat membantu memberi mereka kenyamanan," kata CEO Boeing Dennis Muilenburg.
Berbagai tuntutan hukum telah diajukan terhadap Boeing oleh keluarga korban Lion Air di Indonesia dan Ethiopian Airlines. Perusahaan industri pesawat terbang AS itu sedang dalam pembicaraan penyelesaian atas litigasi Lion Air dan secara terpisah menawarkan untuk bernegosiasi dengan keluarga korban Ethiopian Airlines.
Janji bantuan tunai datang pada Rabu waktu setempat, ketika Boeing menghadapi penyelidikan oleh regulator global dan anggota parlemen AS atas pengembangan Boeing 737 MAX.
Perusahaan itu telah dikritik karena terlihat lamban merespons kecelakaan itu. Muilenburg dan eksekutif lainnya di Boeing mengatakan keselamatan adalah prioritas Boeing dan telah bersumpah untuk belajar dari kecelakaan itu.
Pesawat Boeing 737 MAX telah dilarang terbang di seluruh dunia pada Maret 2019, setelah dua kecelakaan tragis tersebut. Boeing sedang mengerjakan perbaikan perangkat lunak yang telah diidentifikasi terkait dua kecelakaan maut itu, yang hasil perbaikannya harus disetujui oleh regulator udara AS sebelum 737 Max kembali mengudara.
Juru bicara Boeing menyatakan pembayaran bantuan secara multi-tahun itu tidak tergantung pada tuntutan hukum yang diajukan oleh keluarga dari 346 korban tewas dalam dua kecelakaan yang terjadi Oktober 2018 dan Maret tahun ini.
Dana tersebut tidak akan langsung diberikan kepada keluarga, namun akan diberikan kepada pemerintah setempat dan organisasi nirlaba untuk membantu keluarga korban di bidang pendidikan dan biaya hidup guna meningkatkan perekonomian keluarga korban.
Boeing juga mengatakan akan mengumpulkan sumbangan dari karyawan perusahaan itu hingga Desember 2019.
"Keluarga dan orang-orang terkasih dari mereka yang ada di pesawat memiliki simpati terdalam kami dan kami berharap bantuan awal ini dapat membantu memberi mereka kenyamanan," kata CEO Boeing Dennis Muilenburg.
Berbagai tuntutan hukum telah diajukan terhadap Boeing oleh keluarga korban Lion Air di Indonesia dan Ethiopian Airlines. Perusahaan industri pesawat terbang AS itu sedang dalam pembicaraan penyelesaian atas litigasi Lion Air dan secara terpisah menawarkan untuk bernegosiasi dengan keluarga korban Ethiopian Airlines.
Janji bantuan tunai datang pada Rabu waktu setempat, ketika Boeing menghadapi penyelidikan oleh regulator global dan anggota parlemen AS atas pengembangan Boeing 737 MAX.
Perusahaan itu telah dikritik karena terlihat lamban merespons kecelakaan itu. Muilenburg dan eksekutif lainnya di Boeing mengatakan keselamatan adalah prioritas Boeing dan telah bersumpah untuk belajar dari kecelakaan itu.
Pesawat Boeing 737 MAX telah dilarang terbang di seluruh dunia pada Maret 2019, setelah dua kecelakaan tragis tersebut. Boeing sedang mengerjakan perbaikan perangkat lunak yang telah diidentifikasi terkait dua kecelakaan maut itu, yang hasil perbaikannya harus disetujui oleh regulator udara AS sebelum 737 Max kembali mengudara.