Timika (ANTARA) - Jajaran Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Pomako, Timika, Papua menilai pendangkalan akibat sedimentasi alur masuk pelabuhan itu sudah sangat tinggi sehingga membutuhkan segera dilakukan pengerukan agar tidak menghambat arus lalu lintas kapal.

Kepala UPP Pomako Husni Anwar Tinota kepada Antara di Timika, Kamis, mengatakan sejumlah kapal niaga maupun kapal penumpang milik PT Pelni (Persero) sering mengeluhkan pendangkalan di alur Sungai Pomako terutama saat air laut surut.

"Informasi dari rekan-rekan nahkoda memang seperti itu. Alur masuk Pomako itu sangat dangkal, terlebih saat air laut surut. Tentu ini sangat mengganggu pelayaran kapal-kapal yang hendak masuk maupun keluar dari Pelabuhan Pomako," kata Husni.

Khusus di kawasan dermaga Pelabuhan Pomako, katanya, saat ini kedalaman air saat surut masih sekitar 5-6 meter sehingga masih memungkinkan untuk olah gerak kapal.

Namun kedalaman di alur masuk perairan Pomako, katanya, sudah sangat dangkal terutama saat air laut surut.

"Yang bermasalah itu di alur masuk, kedalamannya hanya beberapa meter, apalagi saat surut. Kapal-kapal niaga dan kapal Pelni biasanya harus menunggu air pasang untuk bisa masuk dan sandar di Pelabuhan Pomako," jelasnya.

Menurut dia, pendangkalan alur perairan Pomako dan sekitarnya yang kian terasa dalam beberapa tahun belakangan diakibatkan oleh melimpahnya material sedimentasi yang dibawa sungai dari hulu.

Tidak tertutup kemungkinan, tambahnya, kian melimpahnya material sedimentasi di alur Pomako itu akibat limpahan tailing PT Freeport Indonesia yang dialirkan melalui Sungai Aijkwa ke kawasan pesisir Mimika hingga ke perairan Arafura.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas beberapa waktu lalu menampik pendangkalan di alur Pomako tersebut akibat hempasan tailing.

"Pomako itu jauh sekali dari kawasan operasi kami. Dari Portsite juga jauh sekali, tidak mungkin tailing bisa sampai ke sana. Kalau terjadi pendangkalan di alur Pomako karena ada aliran sungai dari gunung yang membawa banyak material atau sedimentasi lalu bermuara di Pomako," ujarnya.

Tony mengatakan jika membutuhkan pengerukan di sepanjang alur masuk Pelabuhan Pomako maka itu menjadi ranah Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut ataupun Dinas Perhubungan Kabupaten Mimika.

Ia menambahkan, aktivitas pertambangan PT Freeport di dataran tinggi Mimika yang berimbas pada mengalirnya material tailing ke wilayah dataran rendah (pesisir Mimika) memang mengakibatkan terjadinya dampak di kawasan estuari atau muara sungai, terlebih di wilayah Distrik Mimika Timur Jauh (kawasan Pasir Hitam dan sekitarnya).

"Untuk itulah perusahaan melakukan mitigasi dengan menyiapkan sarana transportasi bagi penduduk lokal baik boat maupun kapal dan kendaraan darat agar mereka bisa mengakses pusat-pusat ekonomi. Kami juga memberikan perahu tempel, membuatkan pabrik es agar masyarakat di kawasan itu bisa melaut lebih jauh dan lebih lama sehingga secara ekonomi mereka juga tidak dirugikan," jelas Tony.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024