Jakarta (ANTARA) - Wakil Sekretaris Jenderal DPP PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan pertemuan antara Presiden terpilih Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak akan efektif kalau hanya sekedar rekonsiliasi politik untuk membagi kekuasaan.
Saleh menilai pertemuan itu sepertinya masih berpijak pada retorika, bukan pada hal substantif yaitu menghilangkan pembelahan di masyarakat.
"Pertemuan itu belum tentu efektif hilangkan pembelahan di masyarakat selama pemilu jika arahnya hanya sekedar rekonsiliasi politik untuk membagi kursi dan kekuasaan," kata Saleh di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan, masyarakat masih menunggu apa selanjutnya setelah ini dan banyak masyarakat yang berharap agar Prabowo-Sandi tetap memilih jalan oposisi untuk mengawal jalannya pemerintahan lima tahun ke depan.
Menurut dia, posisi sebagai oposisi tidak harus gaduh karena bisa dilakukan dengan menyampaikan kritik dan saran secara konstruktif pada pemerintahan.
"Pada titik itulah, kepentingan masyarakat dapat disalurkan," ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu menilai kalau nanti pada akhirnya Prabowo dan Gerindra memutuskan untuk mengambil porsi dalam pemerintahan, bisa jadi masyarakat terabaikan.
Hal itu menurut dia karena posisi Prabowo akan menjadi pengikut yang harus sejalan dengan kehendak pemerintah.
"Terkait ini kan belum ada keterangan. Tunggu saja apa selanjutnya yang akan terjadi," katanya.
Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo bertemu di stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, dan bersama-sama naik MRT sampai stasiun Senayan Jakarta, Sabtu (13/7).
Joko Widodo dan Prabowo kemudian berjalan kaki dari Stasiun MRT Senayan menuju ke sebuah restoran di FX Plaza Sudirman di Senayan.
Keduanya sepakat agar para pendukung bersatu, tidak ada lagi istilah "cebong" dan "kampret" di masyarakat.
Saleh menilai pertemuan itu sepertinya masih berpijak pada retorika, bukan pada hal substantif yaitu menghilangkan pembelahan di masyarakat.
"Pertemuan itu belum tentu efektif hilangkan pembelahan di masyarakat selama pemilu jika arahnya hanya sekedar rekonsiliasi politik untuk membagi kursi dan kekuasaan," kata Saleh di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan, masyarakat masih menunggu apa selanjutnya setelah ini dan banyak masyarakat yang berharap agar Prabowo-Sandi tetap memilih jalan oposisi untuk mengawal jalannya pemerintahan lima tahun ke depan.
Menurut dia, posisi sebagai oposisi tidak harus gaduh karena bisa dilakukan dengan menyampaikan kritik dan saran secara konstruktif pada pemerintahan.
"Pada titik itulah, kepentingan masyarakat dapat disalurkan," ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu menilai kalau nanti pada akhirnya Prabowo dan Gerindra memutuskan untuk mengambil porsi dalam pemerintahan, bisa jadi masyarakat terabaikan.
Hal itu menurut dia karena posisi Prabowo akan menjadi pengikut yang harus sejalan dengan kehendak pemerintah.
"Terkait ini kan belum ada keterangan. Tunggu saja apa selanjutnya yang akan terjadi," katanya.
Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo bertemu di stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, dan bersama-sama naik MRT sampai stasiun Senayan Jakarta, Sabtu (13/7).
Joko Widodo dan Prabowo kemudian berjalan kaki dari Stasiun MRT Senayan menuju ke sebuah restoran di FX Plaza Sudirman di Senayan.
Keduanya sepakat agar para pendukung bersatu, tidak ada lagi istilah "cebong" dan "kampret" di masyarakat.