Ambon (ANTARA) - Pengelola KM Mina Sejati, Rinto mengakui hingga kini belum mengetahui nasib 20 anak buah kapal (ABK) pascaaksi kekerasan yang dilakukan tiga ABK lainnya pada tanggal 16 Agustus 2019.
"Kejadian pembajakan kapal nelayan penangkap cumi ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 2019 lalu dan tanggal 17 Agustus pagi baru terima informasi dari laut oleh kapten kapal bahwa KM Mina Sejati dibajak dan dibawa lari orang ke arah barat," kata Rinto yang dihubungi dari Ambon, Rabu.
Menurut dia, nahkoda KM Mina Sejati bernama Awi memang selamat dari pembantaian karena awalnya mendengar ada ribut-ribut di ruang ABK di palka bawah, dan setelah dicek ternyata ada ABK yang sedang digorok.
"Saya bingung mau hubungi siapa, lalu tiba-tiba ada telepon masuk dari nomor asing yang mengaku dari laut dan menjelaskan KM Mina Sejati dibajak dan dibawa lari orang, sedangkan nahkoda Awi dan beberapa orang selamat setelah lompat ke laut," jelas Rinto.
Ternyata yang menghubungi Rinto adalah Along yang merupakan nahkoda KM Gemilang Samudra yang sedang memonitor serta mengikuti gerak KM Mina Sejati dari jarak tertentu dan monitor minta petugas bisa kejar.
"Saya koordinasi dengan Polres dan PSDKP Tual dan Perikanan Dobo untu mengecek kebenarannya," jelas Rinto.
Ternyata PSDKP Tual kontak balik dan tanyakan masalahnya, lalu Along selaku kapten KM Gemilang Samudra kirim pesan SMS dari laut meminta masalah ini dilaporkan kepada polisi, sedangkan dia terus mengikuti kapal Mina Sejati.
"Posisi KM Mina Sejati sekitar 100 mil laut dari Kota Dobo dan ombak kuat sehingga dikoordinasi dengan Tual karena arahnya lebih dekat ke sana, kemudian koordinasi dengan Basarnas sebab Kapal Hiu Macan milik PSDKP Tual lagi doking di Bitung," ujar Rinto.
Basarnas koordinasi dengan TNI AL tetapi yang harus lakukan penyergapan adalah KRI milik TNI AL.
Rinto mengaku selama ini antara sesama ABK tidak ada masalah apa pun dan mereka biasa bercanda, namun pada tanggal 16 Agustus 2019 usai memancing ikan dan cumi jelang subuh maka ABK harus istirahat atau tidur.
"Namun pada pukul 10:00 WIT nahkoda KM Mina Sejati mendengar ada suara ribut-ribut di ruang ABK dan setelah dilakukan pengecekan, ternyata ada perkelahian dan pembunuhan di ruangan tersebut," ujarnya.
Total di kapal 20 orang belum diketahui nasibnya, tetapi lima ABK dilaporkan tewas, namun sejauh ini belum ada bukti karena mayatnya belum ditemukan, kecuali dua orang yang meninggal dunia saat loncat ke laut bersama 11 orang lainnya termasuk nahkoda kapal.
"Anggota TNI AL sudah naik ke atas kapal dan melakukan pemeriksaan tapi kosong dan posisinya bagian belakang sudah masuk ke dalam air, sehingga tiga pelaku yang merupakan ayah, anak, dan paman bersama 20 ABK lain yang belum diketahui keberadaannya," ujar Rinto.
Sementara Kapten KRI Teluk Lada-521, Letkol Laut (P) Gunawan Hutahuruk mengatakan tiba di lokasi KM Mina Sejati pada Minggu, (18/8) sekitar pukul 18:00 WIT dan menurunkan tim negosiasi menggunakan sekoci ke kapal tersebut guna memberikan imbauan agar pelaku menyerahkan diri dan membebaskan para sandera namun tidak ada tanggapan balik.
Kemudian pada Senin, (19/8) pukul 06:00 WIT diturunkan tim pengintai tetapi tidak nampak ada aktivitas di atas KM Mina Sejati, lalu pada pukul 08:00 WIT diturunkan lagi tim tindak guna penggeledahan kapal.
Upaya penggeledahan yang dilakukan sejak pukul 09:00 WIT hingga pukul 13:00 WIT, tim tidak menemukan baik tiga pelaku kriminal, para ABK yang disandera atau pun lima jenazah ABK lainnya yang dilaporkan telah meninggal dunia.
Komandan Lanal Aru, Letkol Laut (P) Suharto Silaban menjelaskan, dari 11 ABK yang selemat dengan cara melincat ke laut termasuk nahkoda, delapan orang telah dievakuasi dengan KRI Teluk Lada-521 dan merapat di Dermaga Yos Sudarso Dobo pada Rabu, (20/8) sekitar pukul 17:30 WIT.
"Nahkoda bersama ABK yang selamat ini masih ditampung di Lanal Aru guna dimintai keterangan dan nantinya akan diserahkan ke Polres Kepulauan Aru bila terbukti ada unsur tindak pidana," tegasnya.
Mereka adalah Angger Bahari, Sopari, Rachmat Age, M. Ridwan, Wawan Siswanto, Kermudi, Slamet, serta Wisen Harmoko alias Awi selaku nahkoda KM. Mina Sejati.
Sedangkan tiga ABK lainnya yakni Hendra, Mahendar, dan Kiswanto masih berada di atas kapal nelayan KM Gemilang Samudera bersama dua jasad rekan ABK mereka dan dalam perjalanan menuju Kota Dobo.
"Kejadian pembajakan kapal nelayan penangkap cumi ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 2019 lalu dan tanggal 17 Agustus pagi baru terima informasi dari laut oleh kapten kapal bahwa KM Mina Sejati dibajak dan dibawa lari orang ke arah barat," kata Rinto yang dihubungi dari Ambon, Rabu.
Menurut dia, nahkoda KM Mina Sejati bernama Awi memang selamat dari pembantaian karena awalnya mendengar ada ribut-ribut di ruang ABK di palka bawah, dan setelah dicek ternyata ada ABK yang sedang digorok.
"Saya bingung mau hubungi siapa, lalu tiba-tiba ada telepon masuk dari nomor asing yang mengaku dari laut dan menjelaskan KM Mina Sejati dibajak dan dibawa lari orang, sedangkan nahkoda Awi dan beberapa orang selamat setelah lompat ke laut," jelas Rinto.
Ternyata yang menghubungi Rinto adalah Along yang merupakan nahkoda KM Gemilang Samudra yang sedang memonitor serta mengikuti gerak KM Mina Sejati dari jarak tertentu dan monitor minta petugas bisa kejar.
"Saya koordinasi dengan Polres dan PSDKP Tual dan Perikanan Dobo untu mengecek kebenarannya," jelas Rinto.
Ternyata PSDKP Tual kontak balik dan tanyakan masalahnya, lalu Along selaku kapten KM Gemilang Samudra kirim pesan SMS dari laut meminta masalah ini dilaporkan kepada polisi, sedangkan dia terus mengikuti kapal Mina Sejati.
"Posisi KM Mina Sejati sekitar 100 mil laut dari Kota Dobo dan ombak kuat sehingga dikoordinasi dengan Tual karena arahnya lebih dekat ke sana, kemudian koordinasi dengan Basarnas sebab Kapal Hiu Macan milik PSDKP Tual lagi doking di Bitung," ujar Rinto.
Basarnas koordinasi dengan TNI AL tetapi yang harus lakukan penyergapan adalah KRI milik TNI AL.
Rinto mengaku selama ini antara sesama ABK tidak ada masalah apa pun dan mereka biasa bercanda, namun pada tanggal 16 Agustus 2019 usai memancing ikan dan cumi jelang subuh maka ABK harus istirahat atau tidur.
"Namun pada pukul 10:00 WIT nahkoda KM Mina Sejati mendengar ada suara ribut-ribut di ruang ABK dan setelah dilakukan pengecekan, ternyata ada perkelahian dan pembunuhan di ruangan tersebut," ujarnya.
Total di kapal 20 orang belum diketahui nasibnya, tetapi lima ABK dilaporkan tewas, namun sejauh ini belum ada bukti karena mayatnya belum ditemukan, kecuali dua orang yang meninggal dunia saat loncat ke laut bersama 11 orang lainnya termasuk nahkoda kapal.
"Anggota TNI AL sudah naik ke atas kapal dan melakukan pemeriksaan tapi kosong dan posisinya bagian belakang sudah masuk ke dalam air, sehingga tiga pelaku yang merupakan ayah, anak, dan paman bersama 20 ABK lain yang belum diketahui keberadaannya," ujar Rinto.
Sementara Kapten KRI Teluk Lada-521, Letkol Laut (P) Gunawan Hutahuruk mengatakan tiba di lokasi KM Mina Sejati pada Minggu, (18/8) sekitar pukul 18:00 WIT dan menurunkan tim negosiasi menggunakan sekoci ke kapal tersebut guna memberikan imbauan agar pelaku menyerahkan diri dan membebaskan para sandera namun tidak ada tanggapan balik.
Kemudian pada Senin, (19/8) pukul 06:00 WIT diturunkan tim pengintai tetapi tidak nampak ada aktivitas di atas KM Mina Sejati, lalu pada pukul 08:00 WIT diturunkan lagi tim tindak guna penggeledahan kapal.
Upaya penggeledahan yang dilakukan sejak pukul 09:00 WIT hingga pukul 13:00 WIT, tim tidak menemukan baik tiga pelaku kriminal, para ABK yang disandera atau pun lima jenazah ABK lainnya yang dilaporkan telah meninggal dunia.
Komandan Lanal Aru, Letkol Laut (P) Suharto Silaban menjelaskan, dari 11 ABK yang selemat dengan cara melincat ke laut termasuk nahkoda, delapan orang telah dievakuasi dengan KRI Teluk Lada-521 dan merapat di Dermaga Yos Sudarso Dobo pada Rabu, (20/8) sekitar pukul 17:30 WIT.
"Nahkoda bersama ABK yang selamat ini masih ditampung di Lanal Aru guna dimintai keterangan dan nantinya akan diserahkan ke Polres Kepulauan Aru bila terbukti ada unsur tindak pidana," tegasnya.
Mereka adalah Angger Bahari, Sopari, Rachmat Age, M. Ridwan, Wawan Siswanto, Kermudi, Slamet, serta Wisen Harmoko alias Awi selaku nahkoda KM. Mina Sejati.
Sedangkan tiga ABK lainnya yakni Hendra, Mahendar, dan Kiswanto masih berada di atas kapal nelayan KM Gemilang Samudera bersama dua jasad rekan ABK mereka dan dalam perjalanan menuju Kota Dobo.