Jakarta (ANTARA) - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menyebutkan jumlah korban tewas atau meninggal dunia akibat kericuhan di Wamena Kabupaten Jayawijaya, dan Waena, Kota Jayapura, Papua, pada 23 September 2019, terdata sebanyak 26 orang.

"Ada sebanyak 26 orang meninggal dunia, terdiri atas 22 warga pendatang dan empat warga asli Papua," kata Tito, saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa.

Jumlah korban meninggal dunia itu, kata dia, berdasarkan laporan pada Selasa pukul 12.00 WIB, sementara korban luka-luka sebanyak 66 orang.

Sebanyak 22 orang korban tewas dalam insiden demo anarkis di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, dan empat orang tewas dalam kasus tindak pidana kekerasan di Waena, Kota Jayapura.

Dari 22 orang korban tewas di Wamena, seorang merupakan warga asli Papua, dan selebihnya atau 21 orang merupakan kaum pendatang.

Sedangkan empat orang korban tewas di Waena, seorang diantaranya merupakan anggota TNI AD, dan tiga orang lainnya merupakan warga asli Papua.

Dari korban jiwa sebanyak itu, ia mengaku masih ada tiga korban yang belum teridentifikasi identitasnya.

"Mereka meninggal terutama akibat luka bacok dan terbakar dalam rumah atau rukonya yang terbakar. Ada yang berprofesi tukang ojek, bekerja di restoran, dan sebagainya," katanya.

Untuk korban yang meninggal dunia, kata dia, sudah diberikan kemudahan layanan untuk pemakaman, sementara korban luka juga sudah dirawat di RS Wamena.

Bagi korban yang membutuhkan perawatan lebih intensif, kata Kapolri, dirujuk ke Jayapura dan telah disiapkan pesawat untuk sarana transportasi bagi pasien yang dirujuk.

Dari kerugian materiil, Tito menyebutkan kerusakan kantor bupati, kejaksaan, puskesmas, perbankan, dan ruko-ruko akibat dibakar, serta 50 mobil dan 50 motor juga hangus dibakar.

Sementara untuk insiden penyerangan yang terjadi di Expo Waena, Jayapura, Tito menyebutkan satu anggota TNI gugur dan tiga perusuh tewas.

Menko Polhukam Wiranto menyesalkan terjadinya kericuhan di Wamena dan Jayapura, Papua, padahal beberapa hari ini situasi di provinsi paling timur Indonesia itu sudah berangsur kondusif.

"Betul-betul kita sayangkan. Aparat keamanan berusaha meredam itu semua, menyadarkan masyarakat. Jangan sampai dijadikan bulan-bulanan pihak yang hanya mencari keuntungan di sana," ujarnya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024