Padang (ANTARA) - Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Nasrul Abit meminta pemerintah daerah untuk memprioritaskan kelanjutan sekolah anak-anak perantau Minang yang pulang dari Wamena, Jayawijaya, Papua.
"Jangan sampai sekolah anak-anak itu terbengkalai sesampai di kampung. Fasilitasi saja, jangan dipersulit," katanya di Padang, Rabu.
Menurut dia, sebagian besar perantau yang pulang kampung itu sudah tidak memiliki surat-surat administrasi karena terbakar saat kerusuhan.
Meski itu bisa menjadi kendala, tetapi karena kondisi saat ini darurat, aturan seharusnya bisa sedikit dilonggarkan.
"Kalau misalnya mereka di Papua kelas 3 SD, masukkan di sini kelas 3 SD. Nanti kalau mereka mau kembali ke Papua, kita upayakan untuk menerbitkan surat keterangan," katanya.
Ia mengatakan kondisi darurat tidak boleh membuat pendidikan anak menjadi terlantar apalagi sampai berlarut-larut karena mereka adalah masa depan bangsa.
Saat ini, dari sekitar 1400 perantau Minang di Wamena, ada sekitar 300 orang yang menyatakan untuk tetap tinggal di daerah itu dan memulai usaha kembali.
Sisanya sebanyak 297 orang sudah dalam perjalanan pulang ke Padang dengan bantuan dari berbagai pihak.
Sisanya sekitar 800 orang masih menunggu jadwal pemulangan menggunakan kapal laut.
"Jangan sampai sekolah anak-anak itu terbengkalai sesampai di kampung. Fasilitasi saja, jangan dipersulit," katanya di Padang, Rabu.
Menurut dia, sebagian besar perantau yang pulang kampung itu sudah tidak memiliki surat-surat administrasi karena terbakar saat kerusuhan.
Meski itu bisa menjadi kendala, tetapi karena kondisi saat ini darurat, aturan seharusnya bisa sedikit dilonggarkan.
"Kalau misalnya mereka di Papua kelas 3 SD, masukkan di sini kelas 3 SD. Nanti kalau mereka mau kembali ke Papua, kita upayakan untuk menerbitkan surat keterangan," katanya.
Ia mengatakan kondisi darurat tidak boleh membuat pendidikan anak menjadi terlantar apalagi sampai berlarut-larut karena mereka adalah masa depan bangsa.
Saat ini, dari sekitar 1400 perantau Minang di Wamena, ada sekitar 300 orang yang menyatakan untuk tetap tinggal di daerah itu dan memulai usaha kembali.
Sisanya sebanyak 297 orang sudah dalam perjalanan pulang ke Padang dengan bantuan dari berbagai pihak.
Sisanya sekitar 800 orang masih menunggu jadwal pemulangan menggunakan kapal laut.