Asmat (ANTARA) - Sebanyak 454 seniman lokal memeriahkan Festival Asmat Pokman ke-34 tahun 2019, yang berlangsung selama sepekan di halaman museum budaya di Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.

Acara tahunan itu dibuka oleh Bupati Asmat Elisa Kambu yang didampingi Wakil Bupati Thomas Eppe Safanpo dan Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito OFM, Kamis (21/11) sore.

Festival Asmat Pokman yang semula dikenal Pesta Budaya Asmat terselenggara berkat kerja sama pemerintah daerah dan keuskupan setempat. Di tahun ini penyelenggaraannya pun dirangkaikan dengan perayaan hari ulang tahun ke-50 Keuskupan Agats.

Bupati Asmat Elisa Kambu mengatakan bahwa penyelenggaraan iven tersebut merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah dan keuskupan setempat dalam melestarikan budaya, kearifan lokal dan potensi wisata di Tanah Asmat.

Event ini menjadi bukti bahwa kita semua sepakat untuk melestarikan dan mempertahankan budaya leluhur. Terima kasih kepada gereja Katolik yang telah menginisiasi pengembangan seni di Asmat,” kata Elisa.

Orang nomor satu di Asmat itu memberikan apresiasi kepada seluruh masyarakat karena antusias memeriahkan Festival Asmat Pokman 2019. Apresiasi juga diberikan kepada tamu undangan yang datang menyaksikan iven tersebut.

“Ini juga adalah bukti bahwa kita semua masih eksis mengakui dan menghargai budaya. Karenanya kami menyampaikan terima kasih kepada para seniman serta tamu undangan yang hadir,” ujarnya.
  Sejumlah ukiran Asmat, Papua yang ditampilkan dalam Festival Asmat Polman ke-34 di Agats (ANTARA News Papua/HO/Emanuel Riberu)
Elisa menambahkan bahwa festival budaya Asmat sangat unik, dan tidak dijumpai di daerah lain. Sebab itu generasi muda Asmat diharapkan untuk tetap menjaga, mempertahankan serta melestarikan nilai-nilai budaya setempat.

“Tadi sepintas saya lihat semua ukiran bagus-bagus, dan saya juga lihat hampir sebagian besar anak-anak muda terlibat dalam acara ini. Ini harus terus dilanjutkan dan dilestarikan,” katanya.

Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito mengatakan Festival Asmat Pokman 2019 dirangkaikan dengan pesta emas 50 tahun Keuskupan Agats. Dua iven besar ini sengaja disatukan karena sejumlah alasan mendasar.

“Pesta budaya biasanya digelar pada minggu kedua bulan Oktober, tapi kali ini diundur hingga November, bertepatan dengan pesta emas keuskupan. Dua iven ini berdekatan dan lebih bagus dijadikan satu,” katanya.

Alasan lainnya, kata Uskup, sejak awal berkarya di Tanah Asmat gereja tidak mau melepaskan diri dari adat budaya masyarakat setempat. Hal itu menjadi sebuah pandangan dan penghayatan dari gereja Katolik yang sudah dimulai oleh para misionaris.

“Gereja datang bukan untuk menghapuskan dan menggantikan adat budaya masyarakat lokal dengan sesuatu yang baru. Justru kami hargai dan hormati, sekaligus diterangi dengan terang injil,” ujarnya.

Uskup Aloysius menambahkan bahwa atas dasar penghayatan itu, festival budaya Asmat dan pesta ulang tahun Keuskupan Agats digelar bersamaan, dengan harapan umat Katolik hidup dalam terang injil dan berakar dalam budaya setempat.

“Kami ucapkan terima kasih kepada Pemkab Asmat yang selama ini amat positif terbuka untuk membangun kerja sama dengan gereja dalam melestarikan budaya Asmat,” kata Uskup.

Festival Asmat Pokman ke-34 yang berlangsung dari 20-26 November 2019 melibatkan 225 pengukir, 70 penganyam, 90 penari dan 60 peserta formasi perahu.

Iven budaya ini semula diselenggarkan pada 1981 dengan nama lomba ukir. Pada 1992 nama iven tersebut diubah menjadi Pesta Budaya Asmat, dan pada 2019 diubah dengan nama Festival Asmat Pokman. Pokman dalam bahasa Asmat mengandung arti karya tangan. (*/adv)

Pewarta : Emanuel Riberu
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024