Jayapura (ANTARA) - Balai Arkeologi Papua membagikan 1.500 buku tentang Situs Megalitik Tutari kepada para pelajar di Kota dan Kabupaten Jayapura sebagai bagian dari mendukung program gerakan literasi di daerah itu.
Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika di Kota Jayapura, Senin, mengatakan buku tersebut disusun pihaknya bersama-sama dengan guru-guru SMP di Kota dan Kabupaten Jayapura, serta Kabupaten Keerom.
"Buku muatan lokal motif Situs Megalitik Tutari ini disusun secara bersama-sama dengan para guru bidang studi terkait. Buku ini telah dicetak dan diterbitkan," katanya.
Buku muatan lokal itu, kata dia, sudah diajarkan sebagai proyek percontohan di tiga sekolah, yaitu SMP Negeri 6 Kota Jayapura, SMP Negeri 1 Sentani, dan SMP Negeri 2 Sentani, Kabupaten Jayapura.
"Buku ini sudah kami bagi sejak beberapa waktu terakhir ini dengan di sekolah 'pilot project' (proyek percontohan) dan mendapat sambutan yang hangat dari para guru dan juga pelajar," kata dia.
Peneliti senior Balai Arkeologi Papua Hari Suroto menjelaskan buku berisi materi pengayaan tentang Situs Megalitik Tutari, berupa buku ilmiah populer, dengan bahasa dan model penulisan yang mudah dipahami dan dimengerti oleh para pelajar sesuai dengan jenjang sekolah.
"Terdapat dua buah judul buku, yaitu Inspirasi dari Motif Megalitik Tutari serta Belajar Bersama Nenek Moyang di Situs Megalitik Tutari. Buku Inspirasi dari Megalitik Tutari merupakan buku cerita bergambar tentang Situs Megalitik Tutari, buku ini dengan target pembaca siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama," katanya.
Buku Belajar Bersama Nenek Moyang di Situs Megalitik Tutari target pembacanya pelajar SMP dan SMA.
Kedua buku itu telah dicetak 1.500 eksemplar dan dibagikan gratis kepada sekolah-sekolah di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura.
"Kedua buku pengayaan ini merupakan sebagai bentuk penyebarluasan hasil penelitian arkeologi di Situs Megalitik Tutari. Selain itu, hasil penelitian di Situs Megalitik Tutari juga diterbitkan dalam jurnal penelitian ilmiah, hal ini dengan target pembaca akademisi, peneliti, dan mahasiswa," kata dia.
Pada kesempatan secara terpisah, Kepala SMP Negeri 7 Jayapura Sudarmo mengatakan program gerakan literasi sekolah merupakan upaya secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
"Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat," katanya.
Berkaitan dengan hal ini, SMP Negeri 7 Jayapura dalam melaksanakan program gerakan literasi sekolah masih terdapat kendala, yaitu buku-buku bacaan untuk pelajar yang relatif masih terbatas.
Namun, hal itu mendapat perhatian Balai Arkeologi Papua dengan sumbangan sejumlah buku tentang prasejarah kepada SMP Negeri 7 Jayapura.
"Saya selaku kepala sekolah SMP N 7 Jayapura sangat mengapresiasi Balai Arkeologi Papua yang telah membantu buku-buku bacaan, terutama buku pengayaan tentang situs-situs arkeologi di Papua," katanya.
Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika di Kota Jayapura, Senin, mengatakan buku tersebut disusun pihaknya bersama-sama dengan guru-guru SMP di Kota dan Kabupaten Jayapura, serta Kabupaten Keerom.
"Buku muatan lokal motif Situs Megalitik Tutari ini disusun secara bersama-sama dengan para guru bidang studi terkait. Buku ini telah dicetak dan diterbitkan," katanya.
Buku muatan lokal itu, kata dia, sudah diajarkan sebagai proyek percontohan di tiga sekolah, yaitu SMP Negeri 6 Kota Jayapura, SMP Negeri 1 Sentani, dan SMP Negeri 2 Sentani, Kabupaten Jayapura.
"Buku ini sudah kami bagi sejak beberapa waktu terakhir ini dengan di sekolah 'pilot project' (proyek percontohan) dan mendapat sambutan yang hangat dari para guru dan juga pelajar," kata dia.
Peneliti senior Balai Arkeologi Papua Hari Suroto menjelaskan buku berisi materi pengayaan tentang Situs Megalitik Tutari, berupa buku ilmiah populer, dengan bahasa dan model penulisan yang mudah dipahami dan dimengerti oleh para pelajar sesuai dengan jenjang sekolah.
"Terdapat dua buah judul buku, yaitu Inspirasi dari Motif Megalitik Tutari serta Belajar Bersama Nenek Moyang di Situs Megalitik Tutari. Buku Inspirasi dari Megalitik Tutari merupakan buku cerita bergambar tentang Situs Megalitik Tutari, buku ini dengan target pembaca siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama," katanya.
Buku Belajar Bersama Nenek Moyang di Situs Megalitik Tutari target pembacanya pelajar SMP dan SMA.
Kedua buku itu telah dicetak 1.500 eksemplar dan dibagikan gratis kepada sekolah-sekolah di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura.
"Kedua buku pengayaan ini merupakan sebagai bentuk penyebarluasan hasil penelitian arkeologi di Situs Megalitik Tutari. Selain itu, hasil penelitian di Situs Megalitik Tutari juga diterbitkan dalam jurnal penelitian ilmiah, hal ini dengan target pembaca akademisi, peneliti, dan mahasiswa," kata dia.
Pada kesempatan secara terpisah, Kepala SMP Negeri 7 Jayapura Sudarmo mengatakan program gerakan literasi sekolah merupakan upaya secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
"Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat," katanya.
Berkaitan dengan hal ini, SMP Negeri 7 Jayapura dalam melaksanakan program gerakan literasi sekolah masih terdapat kendala, yaitu buku-buku bacaan untuk pelajar yang relatif masih terbatas.
Namun, hal itu mendapat perhatian Balai Arkeologi Papua dengan sumbangan sejumlah buku tentang prasejarah kepada SMP Negeri 7 Jayapura.
"Saya selaku kepala sekolah SMP N 7 Jayapura sangat mengapresiasi Balai Arkeologi Papua yang telah membantu buku-buku bacaan, terutama buku pengayaan tentang situs-situs arkeologi di Papua," katanya.