Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden, Billy Mambrasar, menjelaskan reformasi pola pikir dalam mengenyam pendidikan perlu dilakukan untuk membangun talenta dan bakat pemuda Indonesia, khususnya di daerah Papua.

"Saya melihat bahwa pedagogi tentang pendidikan itu, bahwa sekolah itu untuk mendapatkan ijazah dan mencari pekerjaan itu harus diubah dari 'mindset' anak-anak muda di sana," kata Billy saat wawancara bersama ANTARA di Jakarta pada Selasa.

Menurut Billy, pendidikan kepada siswa sebaiknya tidak hanya ditujukan untuk mendapatkan hasil nilai yang baik, tetapi memicu keluarnya bakat dan talenta masing-masing.

Dia menjelaskan setiap siswa jangan berekspektasi hanya untuk mendapatkan ijazah.

Kemampuan dan bakat penting untuk dikembangkan jika kebutuhan tenaga kerja berkurang, maka masing-masing individu dapat berwirausaha dengan talenta yang dimiliki.

"Karena itu harus ada reformasi pola pikir di dalam sistem pendidikan untuk mendorong mereka berpikir bahwa di dalam sekolah ini untuk bisa memaksimalkan talenta yang dimiliki agar bisa bekerja," kata Billy.

Terkait hal itu, dirinya juga berencana untuk berdiskusi dengan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dalam membangun pendidikan yang inovatif.

Billy adalah CEO Kitong Bisa yang berasal dari tanah Papua. Pria berusia 31 tersebut adalah lususan S2 Australian National University (ANU) dan kini tengah menempuh pendidikan master lainnya di Oxford University.

Dia juga mendirikan PT Papua Muda Inspiratif yang akan mencetak pengusaha-pengusaha muda berbakat dari Indonesia Timur.

Institusinya itu akan menginkubasi sejumlah pemuda untuk disiapkan menjadi "entrepreneur".

Sebanyak 265 orang yang memiliki ide inovatif telah mendaftar untuk ikut dalam program inkubasi Papua Muda Inspiratif.

Pelatihan inkubasi itu akan menggunakan tempat di Papuan Youth Creative Hub di Jayapura yang sedang dibangun.

Pewarta : Bayu Prasetyo
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024