Wamena (ANTARA) - Wakil Bupati Jayawijaya, Provinsi Papua Marthin Yogobi mengatakan keluhan masyarakat tentang kekurangan tenaga guru bukan hanya terjadi di Distrik Tagineri tetapi merata di semua distrik.
Marthin Yogobi di Distrik Tagineri, Kabupaten Jayawijaya, Jumat, mengatakan,hampir semua distrik yang dikunjung pasti kekuarangan tenaga guru maupun kesehatan.
"Yang menjadi masalah di hampir semua (40) distrik adalah tenaga guru. Sebagian guru tidak berada di tempat,oleh karena itu kebijakan bupati adalah mengangkat anak-anak daerah yang SMA, sarjana, D3, mereka diberdayakan sebagai guru honorer dan honornya diberikan pemerintah daerah," katanya.
Ia mengatakan, persoalan ketiadaan guru di sekolah sangat ironis karena menghambat proses belajar mengajar siswa.
"Saya lihat mereka berkeliaran di kota, habis bulan mereka ke bank baru terima gaji," katanya.
Ia mendukung penerapan ulang kebijakan bupati seperti dahulu jika ada guru yang malas akan dilaporkan oleh kepala distrik agar gajinya ditahan.
"Satu alasan barangkali mungkin karena lemahnya pemberian sanksi kepada guru, kurang tegas dari kita, maupun faktor utama itu gaji sudah menjadi hak mereka yang masuk dalam rekening sehingga menjadi persoalan dan tenaga guru banyak yang tidak di tempat," katanya.
Mantan Kadinsos Jayawijaya ini mengharapkan sejumlah guru profesional yang tinggal dan tetap mengabdi di tempat, seperti tiga guru yang berada di Distrik Tagineri menjadi contoh bagi guru lain.
"Ada beberapa guru yang bertahan, sudah tua hingga hampir pensiun di sini, kami harap mereka menjadi contoh untuk guru-guru lain. Mereka bisa betah di kampung untuk mengajar, mendidik, melaksanakan tugas dengan baik," katanya.
Marthin Yogobi di Distrik Tagineri, Kabupaten Jayawijaya, Jumat, mengatakan,hampir semua distrik yang dikunjung pasti kekuarangan tenaga guru maupun kesehatan.
"Yang menjadi masalah di hampir semua (40) distrik adalah tenaga guru. Sebagian guru tidak berada di tempat,oleh karena itu kebijakan bupati adalah mengangkat anak-anak daerah yang SMA, sarjana, D3, mereka diberdayakan sebagai guru honorer dan honornya diberikan pemerintah daerah," katanya.
Ia mengatakan, persoalan ketiadaan guru di sekolah sangat ironis karena menghambat proses belajar mengajar siswa.
"Saya lihat mereka berkeliaran di kota, habis bulan mereka ke bank baru terima gaji," katanya.
Ia mendukung penerapan ulang kebijakan bupati seperti dahulu jika ada guru yang malas akan dilaporkan oleh kepala distrik agar gajinya ditahan.
"Satu alasan barangkali mungkin karena lemahnya pemberian sanksi kepada guru, kurang tegas dari kita, maupun faktor utama itu gaji sudah menjadi hak mereka yang masuk dalam rekening sehingga menjadi persoalan dan tenaga guru banyak yang tidak di tempat," katanya.
Mantan Kadinsos Jayawijaya ini mengharapkan sejumlah guru profesional yang tinggal dan tetap mengabdi di tempat, seperti tiga guru yang berada di Distrik Tagineri menjadi contoh bagi guru lain.
"Ada beberapa guru yang bertahan, sudah tua hingga hampir pensiun di sini, kami harap mereka menjadi contoh untuk guru-guru lain. Mereka bisa betah di kampung untuk mengajar, mendidik, melaksanakan tugas dengan baik," katanya.