Jayapura (ANTARA) - Ibadah Jumat Agung atau Kematian Tuhan Yesus di jemaat Gereja Kristen Injili Siloam Waena, Kelurahan Yabansai, Distrik Heram, Kota Jayapura, diselenggarakan melalui "live streaming" atau siaran langsung lewat facebook dan warga mengikutinya dari rumah masing-masing untuk mencegah penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Pendeta Jemaat GKI Siloam Waena Yosina Rejauw di Jayapura, Jumat mengatakan warga jemaat mengikuti ibadah Jumat Agung atau kematian Tuhan Yesus melalui "live streaming" sesuai dengan liturgi yang sudah dibagikan oleh majelis jemaat kepada warga jemaat di rumah masing-masing.
"Majelis jemaat sudah membagikan liturgi Ibadah Jumat Agung ke warga jemaat di rumah masing-masing," katanya.
Dalam ibadah Jumat Agung di rumah masing-masing melalui siaran langsung yang dipimpin oleh pendeta Yosina Rejauw itu mengangkat tema Kematian Tuhan Yesus Mengalahkan Kuasa Dosa dan Maut.
Pendeta Yosina mengajak warga Jemaat membaca Alkitab dari dalam Injil Yohanes 1 : 1-5, Yohanes 1:14 dan Filipi 2 : 5-8. Dalam khotbahnya, pendeta Yosina mengajak jemaat untuk memahami kematian Tuhan Yesus.
"Apakah kematian yang kita takuti sama dengan kematian Tuhan Yesus, jawabannya tidak, sebab kematian kita manusia beda dengan kematian Tuhan Yesus," ujarnya.
Dia mengatakan, kematian manusia terjadi dengan macam-macam sebab, tetapi kematian Tuhan Yesus hanya ada dua sebab, yaitu Tuhan Yesus mati disebabkan oleh dosa manusia, dan Tuhan Yesus mati disebabkan oleh kasih Allah kepada manusia.
"Kita beriman tentang kematian Tuhan Yesus Kristus, untuk menebus kita dari maut kepada hidup yang kekal," katanya.
Ia menjelaskan mengapa Tuhan Yesus harus mati. Pertama, Tuhan Yesus mati karena dosa manusia, dan Tuhan Yesus mati sebagai korban penebus dosa. Kedua, kalau manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri maka tidak satupun manusia akan selamat.
Ketiga, Allah mau manusia selamat, harus ada korban penebus dosa, dan itu haruslah manusia dan manusia menjadi korban, namun manusia berdoa maka Tuhan Yesus menjadi manusia supaya Tuhan Yesus sendiri menjadi korban dalam rupa seorang manusia.
"Karena kalau Tuhan Yesus tidak menjadi manusia tidak mungkin Allah mati, dan tidak ada korban yang bisa menggantikan kita, kita semua akan binasa, Allah tidak mau kita binasa," ujarnya.
Di akhir khotbah, pendeta Yosina mengatakan semua peristiwa saat ini bukan kebetulan, tetapi semua punya hubungan dengan kematian Tuhan Yesus. Sebagai manusia, Yesus sangat sakit, sebagai manusia, Yesus tahu ia perlu kekuatan dari Allah.
Pendeta Jemaat GKI Siloam Waena Yosina Rejauw di Jayapura, Jumat mengatakan warga jemaat mengikuti ibadah Jumat Agung atau kematian Tuhan Yesus melalui "live streaming" sesuai dengan liturgi yang sudah dibagikan oleh majelis jemaat kepada warga jemaat di rumah masing-masing.
"Majelis jemaat sudah membagikan liturgi Ibadah Jumat Agung ke warga jemaat di rumah masing-masing," katanya.
Dalam ibadah Jumat Agung di rumah masing-masing melalui siaran langsung yang dipimpin oleh pendeta Yosina Rejauw itu mengangkat tema Kematian Tuhan Yesus Mengalahkan Kuasa Dosa dan Maut.
Pendeta Yosina mengajak warga Jemaat membaca Alkitab dari dalam Injil Yohanes 1 : 1-5, Yohanes 1:14 dan Filipi 2 : 5-8. Dalam khotbahnya, pendeta Yosina mengajak jemaat untuk memahami kematian Tuhan Yesus.
"Apakah kematian yang kita takuti sama dengan kematian Tuhan Yesus, jawabannya tidak, sebab kematian kita manusia beda dengan kematian Tuhan Yesus," ujarnya.
Dia mengatakan, kematian manusia terjadi dengan macam-macam sebab, tetapi kematian Tuhan Yesus hanya ada dua sebab, yaitu Tuhan Yesus mati disebabkan oleh dosa manusia, dan Tuhan Yesus mati disebabkan oleh kasih Allah kepada manusia.
"Kita beriman tentang kematian Tuhan Yesus Kristus, untuk menebus kita dari maut kepada hidup yang kekal," katanya.
Ia menjelaskan mengapa Tuhan Yesus harus mati. Pertama, Tuhan Yesus mati karena dosa manusia, dan Tuhan Yesus mati sebagai korban penebus dosa. Kedua, kalau manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri maka tidak satupun manusia akan selamat.
Ketiga, Allah mau manusia selamat, harus ada korban penebus dosa, dan itu haruslah manusia dan manusia menjadi korban, namun manusia berdoa maka Tuhan Yesus menjadi manusia supaya Tuhan Yesus sendiri menjadi korban dalam rupa seorang manusia.
"Karena kalau Tuhan Yesus tidak menjadi manusia tidak mungkin Allah mati, dan tidak ada korban yang bisa menggantikan kita, kita semua akan binasa, Allah tidak mau kita binasa," ujarnya.
Di akhir khotbah, pendeta Yosina mengatakan semua peristiwa saat ini bukan kebetulan, tetapi semua punya hubungan dengan kematian Tuhan Yesus. Sebagai manusia, Yesus sangat sakit, sebagai manusia, Yesus tahu ia perlu kekuatan dari Allah.