Jayapura (ANTARA) - Para pemimpin lembaga umat beragama di Papua mendukung kebijakan pemerintah dan menyerukan warga tidak mudik lebaran di tengah merebaknya kasus pandemi COVID-19 di Indonesia sebagai upaya nyata bersama untuk mencegah penularan virus Corona di kampung halaman.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Papua Dr Toni Wanggai mengimbau kepada masyarakat di Papua untuk tidak melakukan mudik Lebaran demi mencegah penyebaran virus corona penyebab COVID-19.

"Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya umat Islam di tanah Papua, terkait dengan imbauan pemerintah untuk kebijakan mudik atau balik ke kampung yang dimana pemerintah memberikan pilihan agar masyarakat menunda dulu guna mengantisipasi penularan COVID-19,"katanya di Jayapura.

Khususnya di tanah Papua, kata dia, PWNU berpijak dengan imbauan pemerintah agar seluruh umat Islam lebih berhati-hati dengan penularan virus corona saat menjelang memasuki bulan suci Ramadhan pada 24 April 2020 dan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah.

"Saya imbau masyarakat lebih baik kita mencegah keburukan dari pada kita membahayakan diri kita sendiri dan orang lain. Oleh karena itu kami meminta kepada seluruh umat islam di tanah Papua lebih baik kita tidak melakukan mudik ke kampung halaman,"imbuhnya.

Apabila dalam keadaan tidak mendesak melakukan mudik lebih baik ditunda, menurut Toni Wanggai, tetapi apabila mendesak perlu pertimbangan kembali.

Ajakan pemerintah untuk tinggal di rumah,lanjutnya, juga melakukan phsycal distancing dan social distancing agar tidak tertular virus corona  karena kita lebih baik mencegah kemudaratan daripada kita malah mendatangkan musibah.

Toni Wanggai yang juga anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) mengingatkan, ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri apabila virus corona masih terus mewabah sebaiknya tidak melakukan silaturahim atau saling kunjung mengunjung tetapi bisa melalui media sosial misalkan dengan mengucapkan selamat hari raya.

"Dan kami juga meminta kepada seluruh umat Islam dengan bulan suci Ramadhan dengan bulan yang penuh keberkahan ini marilah kita bersama-sama berdoa mudah-mudahan pandemi virus corona ini cepat berakhir, apalagi bulan suci Ramadhan adalah bulan yang doa-doa akan dikabulkan oleh Allah SWT agar negara kita ini Indonesia khususnya tanah Papua agar virus corona ini cepat berakhir," katanya.

Pada momentum ini, Toni juga meminta kepada seluruh umat di tanah Papua khususnya umat Islam untuk tidak terprovokasi dengan berita-berita hoaks atau berita-berita yang tidak bertanggungjawab terkait dengan karantina wilayah atau lockdown di wilayah masing-masing sehingga masyarakat tidak panik dalam membeli kebutuhan pokok.

"Dengan demikian setiap berita berbau hoaks atau bohong sebaiknya kita konfirmasi kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab yaitu pihak kepolisian dan juga gugus tugas COVID-19 ditingkat Provinsi maupun kabupaten/kota sehingga kerukunan kamtibmas kita di tanah Papua dapat terjaga dengan baik," katanya.

Sementara itu, Lembaga Pendidikan Ma'arif PBNU Papua menghimbau masyarakat di Provinsi Papua untuk menunda mudik lebaran dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif PBNU Papua, Rasyid Tumenggung Mayang di Jayapura mengatakan harumnya bulan Ramadhan semakin terasa semerbak wangi di tengah merebaknya COVID-19 sehingga umat muslim diminta tetap menjaga kebersihan diri kita sendiri dan keluarga, termasuk untuk menunda mudik.

"Saya mengajak  warga terus mengikuti himbauan untuk mendukung mencegah penyebaran virus corona dengan tetap menjaga jarak dan tidak mudik saat lebaran,"ujarnya.

Rasyid mengatakan, dalam rangka menyongsong harumnya Ramadhan 1441 Hijiriyah dengan memperhatikan kebersihan diri dan jiwa pribadi.

Rasyid mengatakan bahwa kerinduan pada kampung halaman dapat kita wujudkan lewat bergembira bersama keluarga di rumah masing-masing melalui media sosial yang ada.

Ucapan-ucapan selamat Idul Fitri dan lainnya cukup dilakukan lewat media sosial, menurut Rasyid, di saat pandemi COVID-19 tidak harus saling berkunjung ke rumah-rumah atau salam berjabat tangan.

"Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1441 hijriah dengan nyaman dan damai bersama keluarga kita tercinta kita doakan bersama COVID-19 segera berlalu, Tuhan Allah SWT senantiasa merahmati kita semua,"ujarnya.

  Mencegah Covid-19

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua Pdt Lipius Biniluk mengajak masyarakat di Provinsi Papua untuk memperhatikan himbauan pemerintan untuk melarang mudik dalam rangka mencegah penularan COVID-19.

Pdt Lipius berharap, himbauan pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia untuk menunda mudik karena pandemi COVID-19 sedang merebak perlu diimplemensikan dalam kehidupan di masyarakat.

"Ajakan dan himbauan pemerintah untuk tidak mudik merupakan sebagai upaya nyata untuk mencegah penyebaran virus corona,"harap Pdt Lipius.

Terkait dengan pandemi COVID-19, menurut Pdt Lipius, warga harus patuh dan mengikuti anjuran pemerintah untuk merealisasikannya di lingkungan keluarga.

"FKUB senantiasa mengajak masyarakat untuk menggunakan masker dan melakukan cuci tangan. Selain itu juga berharap agar masyarakat tidak ke luar rumah bila tidak penting,"harap Pdt Lipius Biniluk kepada wartawan di Jayapura.
 
Diakuinya, dampak dari COVID-19 dapat menyebabkan korban jiwa sehingga masyarakat harus benar-benar mematuhi anjuran pemerintah.

Apalagi COVID-19 sudah melanda dunia global dan hingga sekarang telah menyebabkan pasien yang positif COVID-19 banyak korban meninggal dunia.

"Jadi dampak negatif COVID-19 sangat luar biasa, ya penularannya tidak pandang siapa, mau pejabat, masyarakat, petanI, pengusaha semua bisa jadi korban COVID-19 sehingga perlu mematuhi anjuran pemerintah,"imbuhnya.
 
Pdt Lipius mengingatkan semua elemen masyarakat di Provinsi Papua untuk selalu menjaga diri dengan melakukan social distancing dan menghindari kerumunan orang.

Sementara itu, Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar menghimbau kepada seluruh masyarakat yang ada di tanah Papua untuk disiplin dan menaati anjuran pemerintah tentang penanganan penyebaran COVID-19 dan anjuran tidak mudik di waktu pandemi corona.

Disiplin kita untuk menghadapi dan mencegah virus corona, lanjutnya, sudah ditetapkan pemerintah sebagai otoritas yang berwenang dan kita harus ikuti, itu semua karena untuk kebaikan bersama.

Uskup Leo mengatakan, pemerintah menganjurkan kepada warga untuk tinggal di rumah dan tidak keluar jika tidak ada keperluan mendesak.

"Sebelum bepergian kita harus mencuci tangan, kemudian setelah kembali ke rumah kita harus mandi dan mengganti baju, ini untuk menghindari kita dari penyebaran COVID-19," katanya.

Berdasarkan pengalaman mengenai tingkah laku atau perilaku virus ini, menurut Uskup Leo, cara mencegahnya dengan itu kita harus terapkan social distancing dan pysical distancing, hindari kerumunan dan tidak melakukan kegiatan yang mengundang banyak orang.

Kepada umat Katolik pada khususnya dan seluruh masyarakat Papua pada umumnya, ia menghimbau untuk membantu sesama yang mengalami kesusahan akibat penyebaran COVID-19 termasuk masyarakat kecil yang tidak bekerja saat ini.

 Ketua Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta (PGGP) Indonesia di Papua Pdt MPA Mauri S.Th mengimbau masyarakat di Provinsi Papua jika melakukan mudik diimbau untuk mengurungkan niatnya di waktu pandemi virus corona berlalu.

Ajakan pemerintah supaya tidak mudik, menurut Pdt Mauri, sebagai wujud nyata perhatian pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.

"Jangan sampai warga mudik lebaran ke kampung tetapi memberikan dampak kesehatan untuk warga lainnya, karena itu himbauan tidak mudik lebaran menjadi perhatian bersama supaya dilakukan,"imbuhnya.

Mauri mengingatkan, hika situasi tidak memungkinkan masyarakat sebaiknya tetap tinggal di rumah saja, laksanakan social distancing dan gunakan masker selalu cuci tangan.

"Karena virus ini sangat berbahaya. Kita doakan bersama agar virus ini segera berakhir sehingga kita bisa beraktivitas seperti biasanya. Mari bersama-sama kita mencegah penyebaran COVID-19 dengan tetap di rumah dan tidak melaksanakan kegiatan mudik. Sayangi orang tuamu dan keluargamu, jangan sampai mereka menjadi korban COVID-19," ujarnya.

Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Provinsi Papua I Komang Alit Wardana mengingatkan mudik lebaran bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia  telah menjadi tradisi namun dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini menunda mudik pulaunh kampung.

Mudik diidentikkan dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan, menurut Komang, untuk sekarang tidak dilakukan mengingat masa penyebaran virus corona.

"Untuk itu, kami mengimbau masyarakat jangan mudik, tunda dulu keinginan untuk mudik baik dari Papua maupun keluar Papua," imbuh Komdang.

Komang mengajak, warga dapat melakukan silahturahmi melalui media sosial dan tidak harus melakukan kunjungan ke rumah kerabat dan tetangga.

"Mari bersama-sama kita mencegah penyebaran COVID-19 dengan tetap di rumah dan tidak melaksanakan kegiatan mudik. Sayangi orang tuamu dan keluargamu, jangan sampai mereka menjadi korban corona,"harap Komang.

Ia mengajak seluruh umat Hindu dan masyarakat di tanah Papua mewaspadai penyebaran virus corona yang sudah menulari sejumlah warga.

"Pace, mace, adik kakak, yang saya cintai mari kita taati anjuran pemerintah untuk melakukan sosial distancing, terapkan pola hidup sehat dimulai dari diri sendiri dan di sekitar lingkungan tempat tinggal kita ini bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau COVID-19," katanya.

Berdasarkan pantauan di pelabuhan laut Kota Jayapura suasana tampak sepi karena masih berlakunya kebijakan pemerintah Provinsi Papua tengang larangan keluar masuk penumpang kapal laut guna mencegah penyebaran COVID-19.

Satu kapal penumpang KM Dobonsolo tampak bersandar di pelabuhan laut Jayapura karena masih dilakukan isolasi setelah enam anak buah kapal positif terjangkit COVID-19.

Tradisi mudik lebaran di Papua umumnya setiap tahun berlangsung dilakukan warga perantauan dari Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan.

Mudik menggunakan kapal laut lebih murah biayanya dibanding dengan ongkos menggunakan pesawat udara. Meskipun waktu sampai ke tempat tujuan terbilang lama hingga lima atau tujuh hari perjalanan kapal laut tetapi tetap saja menjadi primadona pilihan warga untuk pulang kampung merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman.


 

Pewarta : Muhsidin
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024