Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menciptakan robot Ultra Violet ITS-Airlangga (VIOLETA) yang berguna memudahkan proses sterilisasi ruangan untuk perawatan pasien COVID-19.
"Ide diciptakannya robot VIOLETA ini bermula saat beberapa dosen ITS berhasil melakukan riset penggunaan sinar ultraviolet (UV) untuk menghilangkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme," ujar Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati di Surabaya, Jumat.
Alasan lain diciptakannya robot tersebut, kata dia, juga untuk menghindari kontak fisik dengan paparan sinar UV karena sangat berbahaya apabila mengenai manusia secara langsung.
"Oleh karena itu, ITS melakukan inovasi dengan menciptakan robot VIOLETA ini," ucap wakil rektor bidang riset, inovasi, kerja sama, dan hubungan internasional tersebut.
Dia memaparkan, cara kerja VIOLETA ini menggunakan lampu UV yang dikendalikan melalui jarak jauh berbasis wireless control.
Robot ini, lanjut dia, efektif digunakan pada jarak satu meter sampai dua meter terhadap objek dengan membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit untuk melakukan sterilisasi secara sempurna.
Salah satu tim peneliti VIOLETA, Endarko MSi PhD, menambahkan bahwa secara umum lampu UV yang digunakan robot yang dikendalikan dengan remote control ini memiliki panjang gelombang sebesar 200 hingga 300 nanometer (nm).
"Secara praktik dan teori, kisaran panjang gelombang tersebut dapat membunuh mikroorganisme dengan baik," tutur ahli fisika medis tersebut.
Dia juga menerangkan, lampu UV yang sebesar 30 watt ini lebih aman secara kesehatan daripada menggunakan bahan disinfektan, hal ini dikarenakan tidak adanya sisa bahan kimia yang tertinggal setelah dilakukannya proses sterilisasi.
"Tetapi, waktu sterilisasi ruangan harus dalam keadaan kosong," katanya.
Adapun dalam penerapan pada kasus COVID-19, robot VIOLETA ini memiliki manfaat mampu mensterilkan ruang isolasi yang telah digunakan atau area yang pernah dipakai dalam penanganan COVID-19 dan tanpa melibatkan manusia secara langsung.
Sementara itu, salah satu programmer tim robot VIOLETA Achmad Zidan Akbar mengatakan, robot yang memiliki berat sebesar 30 kilogram ini menggunakan platform dasar dari robot sepakbola ITS yang bernama IRIS seperti halnya yang digunakan pada robot RAISA sebelumnya.
Tak hanya itu, VIOLETA juga menggunakan inverter untuk mengubah arus searah dari baterai menjadi arus bolak-balik yang nantinya akan menghidupkan lampu UV.
"Robot ini dapat digunakan selama empat hingga enam jam ketika lampunya dinyalakan," ujar mahasiswa Departemen Teknik Informatika angkatan 2018 ini.
Robot VIOLETA setinggi 1,5 meter ini segera dikirim ke RSUA, setelah dilakukannya uji mikrobial di laboratorium yang ada di Departemen Biologi ITS.
"Ide diciptakannya robot VIOLETA ini bermula saat beberapa dosen ITS berhasil melakukan riset penggunaan sinar ultraviolet (UV) untuk menghilangkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme," ujar Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati di Surabaya, Jumat.
Alasan lain diciptakannya robot tersebut, kata dia, juga untuk menghindari kontak fisik dengan paparan sinar UV karena sangat berbahaya apabila mengenai manusia secara langsung.
"Oleh karena itu, ITS melakukan inovasi dengan menciptakan robot VIOLETA ini," ucap wakil rektor bidang riset, inovasi, kerja sama, dan hubungan internasional tersebut.
Dia memaparkan, cara kerja VIOLETA ini menggunakan lampu UV yang dikendalikan melalui jarak jauh berbasis wireless control.
Robot ini, lanjut dia, efektif digunakan pada jarak satu meter sampai dua meter terhadap objek dengan membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit untuk melakukan sterilisasi secara sempurna.
Salah satu tim peneliti VIOLETA, Endarko MSi PhD, menambahkan bahwa secara umum lampu UV yang digunakan robot yang dikendalikan dengan remote control ini memiliki panjang gelombang sebesar 200 hingga 300 nanometer (nm).
"Secara praktik dan teori, kisaran panjang gelombang tersebut dapat membunuh mikroorganisme dengan baik," tutur ahli fisika medis tersebut.
Dia juga menerangkan, lampu UV yang sebesar 30 watt ini lebih aman secara kesehatan daripada menggunakan bahan disinfektan, hal ini dikarenakan tidak adanya sisa bahan kimia yang tertinggal setelah dilakukannya proses sterilisasi.
"Tetapi, waktu sterilisasi ruangan harus dalam keadaan kosong," katanya.
Adapun dalam penerapan pada kasus COVID-19, robot VIOLETA ini memiliki manfaat mampu mensterilkan ruang isolasi yang telah digunakan atau area yang pernah dipakai dalam penanganan COVID-19 dan tanpa melibatkan manusia secara langsung.
Sementara itu, salah satu programmer tim robot VIOLETA Achmad Zidan Akbar mengatakan, robot yang memiliki berat sebesar 30 kilogram ini menggunakan platform dasar dari robot sepakbola ITS yang bernama IRIS seperti halnya yang digunakan pada robot RAISA sebelumnya.
Tak hanya itu, VIOLETA juga menggunakan inverter untuk mengubah arus searah dari baterai menjadi arus bolak-balik yang nantinya akan menghidupkan lampu UV.
"Robot ini dapat digunakan selama empat hingga enam jam ketika lampunya dinyalakan," ujar mahasiswa Departemen Teknik Informatika angkatan 2018 ini.
Robot VIOLETA setinggi 1,5 meter ini segera dikirim ke RSUA, setelah dilakukannya uji mikrobial di laboratorium yang ada di Departemen Biologi ITS.