Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad meminta para guru untuk tidak terfokus pada menyelesaikan capaian kurikulum atau ketuntasan belajar.
"Pada saat situasi darurat ini (pandemi COVID-19), tidak masalah bagi guru-guru yang belum mencapai target kurikulumnya, karena yang terpenting dari proses belajar bukan soal ketuntasan belajar melainkan anak-anak yang bahagia menjalani proses belajarnya di rumah," ujar Hamid dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menambahkan pembelajaran di rumah tidak hanya pelajaran secara akademis, tetapi juga pendidikan karakter melalui keluarga.
Di rumah anak-anak bisa melakukan beragam aktivitas. Anak-anak dengan pendampingan orang tua harus mempunyai aktivitas pembelajaran meskipun berada di rumah seperti membaca, mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan kegiatan positif lainnya.
"Ini penting untuk mengurangi tekanan dan kejenuhan di rumah," kata Hamid.
Selain itu, banyak kecakapan hidup yang bisa dipelajari dan dipraktikkan selama di rumah. Perpaduan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan budi pekerti diyakini mampu menjadi pondasi dalam mencetak SDM unggul Indonesia.
"Pendidikan kecakapan hidup, seperti membantu orang tua membersihkan rumah, memasak, dan berkebun. Sementara itu, penjelasan tentang COVID-19, bagaimana karakteristiknya, pola penyebarannya, dan bagaimana cara menghindarinya adalah contoh pendidikan kontekstual," kata dia lagi.
Mencetak manusia unggul bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan juga keluarga dan masyarakat secara menyeluruh.
Menurut dia, selama ini banyak keluarga yang cenderung tidak siap menjadi 'guru' bagi anak-anaknya. Sebagian besar urusan pendidikan diserahkan ke sekolah. Padahal yang diperlukan adalah kolaborasi antara guru, siswa dan orang tua.
"Pada saat situasi darurat ini (pandemi COVID-19), tidak masalah bagi guru-guru yang belum mencapai target kurikulumnya, karena yang terpenting dari proses belajar bukan soal ketuntasan belajar melainkan anak-anak yang bahagia menjalani proses belajarnya di rumah," ujar Hamid dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Dia menambahkan pembelajaran di rumah tidak hanya pelajaran secara akademis, tetapi juga pendidikan karakter melalui keluarga.
Di rumah anak-anak bisa melakukan beragam aktivitas. Anak-anak dengan pendampingan orang tua harus mempunyai aktivitas pembelajaran meskipun berada di rumah seperti membaca, mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan kegiatan positif lainnya.
"Ini penting untuk mengurangi tekanan dan kejenuhan di rumah," kata Hamid.
Selain itu, banyak kecakapan hidup yang bisa dipelajari dan dipraktikkan selama di rumah. Perpaduan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan budi pekerti diyakini mampu menjadi pondasi dalam mencetak SDM unggul Indonesia.
"Pendidikan kecakapan hidup, seperti membantu orang tua membersihkan rumah, memasak, dan berkebun. Sementara itu, penjelasan tentang COVID-19, bagaimana karakteristiknya, pola penyebarannya, dan bagaimana cara menghindarinya adalah contoh pendidikan kontekstual," kata dia lagi.
Mencetak manusia unggul bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan juga keluarga dan masyarakat secara menyeluruh.
Menurut dia, selama ini banyak keluarga yang cenderung tidak siap menjadi 'guru' bagi anak-anaknya. Sebagian besar urusan pendidikan diserahkan ke sekolah. Padahal yang diperlukan adalah kolaborasi antara guru, siswa dan orang tua.