Boven Digoel, Papua (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengklaim, penambang emas yang dikelola masyarakat lokal di wilayah Korowai, khususnya di Kampung Kawe, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang, susah terpapar COVID-19

"Kami sudah ke lokasi Mining 33 salah lokasi penambang emas di Korowai untuk lakukan tes cepat COVID-19. Saya lihat, penyebaran corona di lokasi agak susah diderita oleh penambang emas di Korowai karena sehari-hari mereka bekerja dibawah terik panas matahari," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Papua, dr Aaron Rumainum di Boven Digoel, Kamis.

Menurut dia, jika terkena panas matahari setiap hari maka warga penambang emas mendapat tambahan vitamin D serta kebanyakan penambang tidur diruang terbuka, tidak tertutup sekali. Ada camp tetapi udara masuk dari mana-mana.

"Karena mereka bekerja dibawah panas matahari, maka susah terkena corona. Kalaupun terpapar COVID-19, mereka tidak akan mati. Kalau dikatakan pusat COVID-19 tidak bisa karena mereka kebal sekali, fisik mereka lebih kuat," ujarnya.

Menurut dia, penambang lebih kuat fisiknya dari tenaga medis yang bertugas di kampung-kampung, karena penambang bisa membawa barang dan jalan kaki selama tiga sampai empat jam.

Aaron menyebutkan, jika penambagan emas yang dikelola oleh warga Korowai dibandingkan dengan PT Freeport Indonesia yang bekerja dibawah tanah yang dingin sehingga mereka mudah terkena COVID-19.

Tetapi penambang emas di Korowai, fisiknya kuat, mereka biasanya memikul barang jalan kaki naik turun gunung, bisa satu menit, bisa juga satu jam.

"Belum lagi yang ojek-ojek/orang yang menggunakan jasanya untuk mengangkut barang, pokoknya kita butuh fisik yang kuat untuk hidup di wilayah itu," katanya.

Ia menambahkan,akan tetapi kondisi fisik  penambang emas di Korowai bisa kalah apabila terkena malaria dan kaki gajah atau filariasis.
 

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024